AKHIRNYA BANDARA JENDERAL BESAR SOEDIRMAN PURBALINGGA DIRESMIKAN HARI INI 3 JUNI 2021

https://kastara.id/
https://kastara.id/ / www.indonesia.is


Setelah 15 tahun menanti, Kabupaten Purbalingga akhirnya memiliki bandara komersial. Bandara Jenderal Besar Soedirman (JBS) yang berangkat dari pangkalan udara TNI AU akan diresmikan Kamis (3/6/2021).

Bandara yang dulu bernama Lanud Wirasaba itu punya sejarah panjang pada masa Hindia Belanda.

"Augustus 1947 - Een grasveld, twee tenten, en een Piper Cup!. Dat was het vliegveld Wirasaba".

Begitulah kalimat pertama artikel berjudul Vliegveld Wirasaba dalam surat kabar De Locomotief, 7 April 1948. Artikel itu memberikan gambaran Agustus 1947 silam, Bandara Wirasaba, Purbalingga hanyalah lapangan rumput, dengan dua buah tenda dan satu buah pesawat Piper-Cup. Lanud Wirasaba tidaklah setenar bandara besar lain di Hindia Belanda.

Contohnya seperti Vliegveld Tjililitan (kini Halim Perdana Kusuma, Jakarta), Vliegveld Andir (kini Bandara Husein Sastranegara, Bandung), atau Vliegveld Darmo (kini Makodam V Brawijaya, Surabaya) yang umumnya diambil alih pengelolaannya oleh Maskapai Penerbangan Hindia Belanda.

Wirasaba, Purbalingga dibuat menjadi pangkalan udara sejak 1938, hanya untuk keperluan pendaratan pesawat militer. Bahkan pada peta Purbalingga terbitan Hindia Belanda 1944 belum mengindikasikan wilayah itu sebuah pangkalan udara dengan ikon khusus.

"Jika flashback kembali ke masa lalu, Lanud Wirasaba pertama kali dibangun pada 1938. Pembangunannya tidak terlepas dari kepentingan ekonomi dan militer," ujar Tim Ahli Cagar Budaya Purbalingga, Ganda Kurniawan, Sabtu (29/5).

Pembangunan bandara bertujuan untuk mobilitas armada tempur tentara Hindia Belanda. Keberadaan bandara belum difungsikan dengan maksimal karena landasan rumput atau tanah keras dengan jalur pacu sepanjang 1.000 meter.

Sejarah Kelam Bandara Wirasaba
Angkatan udara Jepang memukul mundur armada laut sekutu dan menghancurkan pangkalan udara ML-KNIL. Pada 1942 -1945, pangakalan udara Wirasaba jatuh pada pendudukan Jepang. Terlebih lagi Wirasaba pada saat itu bukan basis utama skuadron ML-KNIL dan sekutu.

Ganda mengatakan, satu pesawat serbu, Hurricanes, yang ditarik dari Lanud Blimbing-Ngoro, Jawa Timur menuju Jawa Barat mendarat darurat di Wirasaba karena saluran bahan bakar bermasalah. Saat Soekarno-Hatta memproklamasikan kemerdekaan RI, Bandar Udara Wirasaba dikuasai oleh Angkatan Udara RI (AURI), dikuatkan dengan peresmian Lanud pada 1946. Kemudian pada Agresi Militer Belanda I, Wirasaba jatuh lagi ke tangan Belanda.

Belanda melihat Wirasaba sebagai pangkalan strategis menjaga garis batas wilayah Belanda - RI atau garis demarkasi van Mook yang nantinya diproklamirkan pada 29 Agustus 1947. Untuk mendukung siasat perang itu, Belanda kemudian melakukan pengerasan landasan sejauh 400 meter agar pesawat sekelas Dakota bisa mendarat dengan aman.

Logistik Perang
Tugasnya, untuk mempercepat pengiriman logistik perang. "Jadi selama pembangunan infrastruktur bandara, Belanda memanfaatkan ratusan pekerja desa setempat. Mereka juga mendapatkan penghidupan dari proyek ini, sehingga Wirasaba menjadi kekuatan tempur mumpuni bagi Belanda," terangnya.

Pada 27 Desember 1949 pemerintahan sementara negara Republik Indonesia Serikat (RIS) dilantik dengan Sukarno sebagai Presiden dan Hatta sebagai Perdana Menteri. Setelah itu, berbagai aset Belanda diserahkan ke RIS termasuk Bandara Wirasaba pada 1950.

Pangkalan udara Wirasaba secara resmi berganti menjadi Pangkalan Udara TNI AU Jenderal Besar Soedirman pada 7 November 2016. Setahun lebih berselang, Lanud JBS dikembangkan menjadi Bandara Jenderal Soedirman dengan status komersial. Tonggak sejarah itu ditandai dengan penandatanganan MoU antara Bupati Purbalingga, Gubernur Jateng, Dirut Angkasa Pura II, dan Asisten Logistik KSAU, dan Dirut LPPNPI, pada Jumat 17 November 2017 sebagai bukti lanjut JBS digunakan untuk komersial.

Momen bersejarah lain terjadi pada Senin 23 April 2018, saat Presiden Joko Widodo meresmikan pembangunan Bandara Jenderal Besar Soedirman (JBS). Sejatinya Bandara Jenderal Besar Soedirman di Kabupaten Purbalingga menyematkan kebanggaan tersendiri bagi warga bumi perwira. Ada sebuah perjuangan yang cukup panjang agar bandara yang sudah ada sejak jaman penjajahan Belanda dapat lebih eksis dan bermanfaat bagi masyarakat luas.

Sebelum diresmikan Bandara JB Soedirman telah beroperasi sejak Selasa (1/6/2021). Hal ini setelah PT Angkasa Pura II selaku operator menggelar penerbangan simulasi.

Pada proving flight atau penerbangan simulasi tahap akhir ini, pesawat baling-baling jenis turboprop (ATR 72) milik maskapai penerbangan Citilink terbang dari Bandara Juanda Surabaya pada Selasa (1/6/2021) pukul 09.30 WIB. Pesawat dengan nomor penerbangan IG 1856 mendarat mulus di Bandara JB Soedirman, Purbalingga tepat pukul 11.05.

Dari seluruh parameter yang diukur dan dilaksanakan tim operasi Bandara, maskapai dan stakeholder sejak 25 Mei 2021 menunjukkan semua standar pengoperasian bandara JBS terealisasi dengan baik.

“Mulai hari ini 1 Juni 2021, secara resmi Bandara Jenderal Besar Soedirman berstatus “In Active Operation” sehingga semua yang akan memasuki bandara diperlakukan SOP oleh operator bandara,” kata Muhamad Awaludin, Direktur Utama PT Angkasa Pura II Persero usai turun dari pesawat.

Setelah semua persyaratan terpenuhi, penerbangan komersial perdana akan dimulai pada 3 Juni 2021. Citilink menjadi maskapai penerbangan pertama yang membuka rute penerbangan dari dan ke Purbalingga.


 

Baca Juga :

LOKASI