Semarang, ibu kota Jawa Tengah, menyimpan berbagai tempat wisata yang sarat akan nilai budaya dan sejarah. Salah satu destinasi yang menarik adalalah Vihara Buddhagaya Watugong, sebuah vihara megah yang terletak di Pudakpayung, Banyumanik, Semarang Jawa Tengah atau tepatnya berada di depan Markas Kodam IV/Diponegoro. Tidak hanya menjadi pusat ibadah umat Buddha, vihara ini juga dikembangkan untuk dijadikan destinasi wisata religi yang populer di kalangan wisatawan lokal maupun mancanegara.
Sejarah Vihara Buddhagaya Watugong
Vihara Buddhagaya Watugong memiliki sejarah yang panjang dan unik. Vihara ini diklaim sebagai vihara pertama yang dibangun sejak keruntuhan kerajaan Majapahit 500 tahun silam. Keberadaanya sekaligus menandakan kebangkitan kembali ajaran Buddha di Indonesia setelah sempat terhenti selama beberapa abad. Hal tersebut menjadikan Vihara Buddhagaya Watugong memiliki nilai sejarah yang sangat penting, tidak hanya bagi umat Buddha, tetapi juga bagi perkembangan spiritualitas dan kebudayaan di Indonesia.
Awal mula bangunan vihara dibangun pada tahun 1955 di bawah Yayasan Buddhagaya untuk menaungi aktivitas vihara. Saat itu Bikkhu Ashin Jinnarakhita, sang pelopor kebangkitan Buddha Dhamma di nusantara menetap di Vihara Buddhagaya Semarang. Banyak sejarah besar terlahir darinya, mulai dari Upasika Indonesia saat perayaan Asidha di bulan Juli 1955, menggagas perayaan Buddha Jayanti yang diperingati oleh umat Buddha di seluruh dunia tahun 1966, penanaman pohon Bodhi pada tahun 1956, dan pendirian Sima Internasional pertama untuk penahbisan Bikkhu.
Kemudian, kurang lebih selama delapan tahun setelahnya vihara ini sempat terlantar. Namun, bangkit kembali di bawah binaan Sangha Theravada. Kemudian pada februari 2001 dilakukan revitalisasi dan renovasi pada vihara. Tahap perenovasian tersebut dimulai dari pembangunan Gedung Dhammasala yang diresmikann pada tanggal 3 November 2002 oleh Gubernur Jawa Tengah saat itu, yakni H. mardiyanto. Selanjutnya, menyusul dibangun gedung lainnya, yaitu Pagoda Avalokitesvara pada Nvember 2004 dan diresmikan pada 14 Juli 2005.
Pembangunan berikutnya dilakukan untuk menjadikan komplek Vihara menjadi tempat obyek wisata, dengan penambahan patung-patung baru, dan penambahan fasilitas seperti kolam air mancur dan pohon bodhi. Namun, tujuan utama Pagoda Avalokitesvara tetap tak berubah yaitu sebagai tempat sembahyang agama Buddha dan tempat wisata religi yang menarik bagi pengunjung, dengan pemisahan area yang jelas dan tegas area sembahyang dan area wisata.
Bangunan Ikonik Vihara Buddhagaya Watugong
Dari sekian banyaknya bangunan yang terdapat di kompleks vihara, daya tarik utama yang menjadi ikoniknya adalah Pagoda Avalokitesvara. Pagoda yang tingginya mencapai 45 meneter tersebut merupakan salah satu pagoda tertinggi di Indonesia. Struktur bangunannya yang menjulang tinggi dengan tujuh tingkat dihiasi oleh ornamen-ornamen khas Tiongkok. Di dalamnya terdapat patung Dewi Kwan Im (avalokitesvara Bodhisattva) sebagai lambang cinta kasih dan welas asih. Kemudian, disekeliling pagoda, terdapat patung-patung dewa-dewi berukuran kecil yang ditaruh menempel di dinding yang melambangkan delapan penjaga arah mata angin. Patung-patung tersebut menambah kekayaan simbolis dari bangunan ini.
Selain Pagoda Avalokitesvara, terdapat pula bangunan utama vihara yag disebut Dhammasala. Di tempat tersebut, pegunjung bisa melihat arsitektur khas dengan ukiran-ukiran indah dengan nuansa yang memberikan ketenangan jiwa. Dhammasala sering digunakan sebagai tempat meditasi, ritual keagamaan, dan berbagai kegiatan spiritual.
15 Titik Lokasi yang Terdapat di Sekitar Kompleks Vihara Buddhagaya Watugong
Baca Juga :