BUKIT RHEMA ATAU GEREJA AYAM YANG DIBANGUN KARENA PERGUMULAN BATIN

Gereja Aayam Atau Bukit Rhema
Gereja Aayam Atau Bukit Rhema / Wartakota


Magelang memang menjadi kota yang menarik untuk berbagai aktivitas liburan. Termasuk ketika pelesir ke kota ini bersama keluarga saat musim liburan ataupun akhir pekan. Magelang tidak hanya memiliki tempat wisata berupa Candi Borobudur. Ada beberapa kegiatan wisata menarik lain yang bisa kamu lakukan di sekitar candi terbesar tersebut.

Salah satunya adalah Bukit Rhema atau yang dikenal Gereja Ayam Magelang. Bukit Rhema merupakan tempat wisata religi di Magelang yang pembangunannya baru mencapai 70%. Walaupun belum rampung pembangunannya, Bukit Rhema sudah ramai dikunjungi Traveler dalam negeri maupun manca negara. 

Bukit Rhema dikenal juga sebagai spot terbaik untuk melihat sunrise maupun private sunrise. Bukit Rhema berdiri di atas perbukitan Menoreh, Bukit Rhema dikeliling oleh beberapa gunung, di antaranya adalah Gunung Sumbing, Merbabu, Suroloyo, Merapi, serta Sumbing sehingga kita dapat melihat panorama sunrise yang eksotis dari tempat ini.

Gereja Ayam atau Bukit Rhema berada di Desa Gombong, Kecamatan Borobudur, Magelang, Jawa Tengah. Desa tersebut berjarak sekitar 2 kilometer dari wisata Candi Borobudur. Disebut Gereja Ayam karena desain bangunan gereja tersebut mirip seekor ayam lengkap dengan ekor dan kepalanya. Walaupun menurut cerita penduduk setempat, bangunan tersebut meniru bentuk seekor burung merpati. 

Gereja Ayam tersebut populer karena digunakan syuting film "Ada Apa Dengan Cinta 2" Dalam film tersebut Rangga (Nicholas Saputra) dan Cinta (Dian Sastrowardoyo) masuk ke dalam gereja hingga ke bagian "kepala atas".

SEJARAH GEREJA AYAM / BUKIT RHEMA
Bukit Rhema dibangun berawal dari pergumulan batin Daniel Alamsjah

Hebat! Gereja Ayam Magelang Ini Diekspos Oleh Media Luar Loh. Begini Isi  Tulisannya

Berawal dari tahun 1988 lalu, Daniel yang merupakan karyawan dari sebuah perusahaan swasta di Jakarta memperoleh mimpi yang aneh. Dirinya diminta membangun sebuah rumah doa di perbukitan asing yang belum pernah dikunjunginya.

Berawal dari tahun 1988 lalu, Daniel yang merupakan karyawan dari sebuah perusahaan swasta di Jakarta memperoleh mimpi yang aneh. Dirinya diminta membangun sebuah rumah doa di perbukitan asing yang belum pernah dikunjunginya.

Mimpi itu tak hanya berlangsung sekali, namun hingga beberapa kali. Sampai akhirnya pada tahun 1988 Daniel pergi berwisata mengunjungi kawasan Borobudur. Diperjalanan Daneil berpapasan dengan pemuda setempat bernama Jito yang juga penyandang disabilitas. Dia tidak bisa berbicara atau tuna wicara.

Daniel sempat berkomunikasi dengan Jito yang ternyata hendak mengambil kayu di sebuah bukit di Dusun Gombong, Desa Kembanglimus, Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang. Pria asal Lampung itu pun kemudian mengikuti Jito dan sampai di bukit yang ternyata sama dengan bukit di dalam mimpi.

Akhirnya Daniel memutuskan berdoa semalam suntuk di bukit itu hingga dirinya mendapatkan semacam wahyu untuk membangun rumah doa. Perbukitan tempat membangun rumah doa itu sendiri kemudian dinamai Daniel dengan nama Bukit Rhema yang bagi umat Kristiani berati firman yang hidup.

Daniel kemudian memantapkan diri untuk membangun rumah doa meski dirinya hanya seorang karyawan di Jakarta. Bentuk bangunan itu dibuat menyerupai burung merpati yang merupakan simbol perdamaian dan roh kudus.

Daniel berkeyakinan bahwa akan ada banyak orang datang berduyun duyun dari Segala Suku Bangsa ke Bukit Rhema untuk melihat kebaikan Tuhan.

Karena visi ini, Daniel menghabiskan sebagian besar hidupnya untuk membangun Bukit Rhema. Awal Pembangunan Bukit Rhema adalah masa-masa sulit untuk Daniel karena ia menghabiskan 5 hari waktunya untuk bekerja di Jakarta dan pada akhir pekan ia harus memantau pembangunan di Magelang. Lebih dari 10 tahun Daniel menghabiskan Jumat malam dan Minggu sore di kereta fajar Jakarta – Purworejo – Jakarta. Kemudian Senin pagi memulai kembali rutinitas sebagai karyawan swasta di salah satu perusahaan di Jakarta.

Tantangan demi tantangan, namun Daniel percaya pada pertolongan Allah yang sempurna. Tahun 1992, rumah doa mulai dibangun. Lalu pada tahun 1996 proses pembangunan sempat terhenti karena krisis moneter.

Pada tahun 2000, Gereja Ayam sempat ditutup karena penolakan oleh warga. Namun bangunan rumah doa ini akhirnya kembali dibuka sebagai tempat wisata pada tahun 2014.

Daniel Alamsjah terus membangkitkan rasa melayaninya dengan membangun Panti Rehabilitasi Narkoba dan Mental tidak jauh dari Bukit Rhema. Panti Rehabilitasi itu diberi nama Panti Rehab Betesda.

Pada usia lebih dari 70 tahun, Tuhan terus memberikan kesehatan untuk Daniel, sehingga ia dapat belajar bagaimana merehabilitasi pengguna narkoba dan mampu melayani mereka yang terhilang.

Gereja Ayam mempunyai tujuh lantai, yang masing-masing lantainya mempunyai cerita yang berbeda-beda seperti cerita perjalanan spiritual manusia, cerita makna doa, kebaikan Tuhan, dan kearifan lokal. Semua cerita tersebut dituangkan dalam lukisan yang saling berhubungan dan memiliki pesan moral. 

Lorong Basement Bukit Rhema

Pada lantai pertama, bermakna seorang manusia yang lahir suci mulai belajar mengenal dunia dari merangkang sampai berjalan. Fungsi lantai satu ini digunakan orang dengan latar belakang apapun utuk berdoa.

Di lantai kedua, artinya manusia telah dewasa bisa membedakan mana yang baik dan buruk yang di hadapi dalam kehidupan. 

Lukisan dinding

Selanjutnya di lantai ketiga ini menggambarkan tentang kenakalan dan pergaulan bebas termasuk remaja dan narkoba. Tak heran bila Bukit Rhema pernah mengelola rehabilitasi kenakalan remaja, narkoba dan gangguan jiwa.

Lantai 4

Lantai keempat menggambarkan keanekaragaman, seni, dan budaya yang ada di Indonesia. Karena itu Bukit Rhema juga pernah dijadikan tempat belajar bagi anak panti membatik dan mengenalkan budaya di Indonesia. 

Lantai kelima bercerita tentang seorang yang jatuh lalu melihat pemandangan sekitar bukit, lalu termotivasi untuk bangkit dan memiliki keyakinan dan harapan. 

Lalu lantai keenam menggambarkan mulut pada bagian Bukit Rhema sebagai terbuka. Mengartikan bahwa manusia pernah mengalami masa sulit tetap akan merasakan kebahagiaan di masa-masa akan datang.

Di lantai tujuh yang merupakan lantai terakhir menggambarkan bahwa manusia harus bersyukur. Karena kita masih bisa menghirup udara segar dan melihat pemandangan.

RUTE KE GEREJA AYAM / BUKIT RHEMA
Lokasi Gereja Ayam sebetulnya berdekatan pula dengan tempat wisata lainnya yaitu Phuntuk Setumbu, sebuah bukit yang sangat direkomendasikan bagi kamu yang ingin melihat sunrise di kawasan ini. Setibanya di pintu masuk tak jauh maka kamu akan menemukan tempat parkir kendaraan. 

Untuk memasuki are tersebut, pengunjung akan dikenakan biaya Rp 25.000 untuk wisatawab lokal dan Rp 50.000 untuk wisatawan mancanegara. Obyek wisata ini bisa dikunjungi mulai hari Rabu sampai Senin karena hari Selasa tutup dan bisa dikunjungi mulai pukul 08.00 /d 17.00 WIB.

Untuk menuju ke Gereja Ayam, kamu bisa melewati pertigaan ojek Borobudur ke arah Selatan kemudian perempatan arah Punthuk Setumbu ambil ke kanan mingikuti jalan utama searah dengan Punthuk Setumbu. Sampai SD Karangrejo ada belokan arah kanan ambil kanan mengikuti jalan utama sampai tikungan pertigaan, ambil jalan kiri menanjak. Kemudian ikuti jalan utama kemudian ambil kanan ikuti jalan utama kemudian ambil kiri lurus. Sebelum perempatan kecil ada tulisan parkir. Dari tempat penitipan kendaraan tinggal berjalan sekitar 5 menit mengikuti jalan cor blok menanjak.

 

 

Baca Juga :

LOKASI