CANDI SUKUH, SALAH SATU CANDI YANG TIDAK MEMILIKI BANGUNAN BERBENTUK STUPA

Candi Sukuh
Candi Sukuh / ©2018 Bro Bali


Indonesia dikenal dengan banyaknya peninggalan sejarah salah satunya adalah candi. Umunya candi di Indonesia memiliki stupa seperti yang ada di Candi Borobudur dan Prambanan yang ada di Jawa Tengah, namun berbeda dengan Candi Sukuh yang ada di Kabupaten Karanganyar. Meski sama-sama terbuat dari batu, namun tidak ada stupa di Candi Sukuh. Sekilas mirip dengan Piramida Suku Maya (Chichén Itzá) di negara Meksiko, Benua Amerika.

Candi Sukuh adalah sebuah kompleks candi Hindu Hindu yang terletak di Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah. Candi ini dianggap kontroversial karena bentuknya yang kurang lazim dan karena penggambaran alat-alat kelamin manusia secara eksplisit pada beberapa figurnya.

Sejarah Candi Sukuh
Meski bentuknya sekilas mirip dengan Piramida Suku Maya, Candi Sukuh merupakan peninggalan Kerajaan Majapahit. Menurut situs resmi Badan Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Jawa Tengah, candi yang menghadap ke arah barat ini didirikan abad ke-15 Masehi. Pembangunan Candi Sukuh dilakukan pada masa pemerintahan Suhita, Ratu Majapahit yang memerintah tahun 1429-1446.

Candi Sukuh dilaporkan pertama kali pada masa pemerintahan Britania Raya di tanah Jawa pada tahun 1815 oleh Johnson, Residen Surakarta. Johnson kala itu ditugasi oleh Thomas Stanford Raffles untuk mengumpulkan data-data guna menulis bukunya The History of Java. Setelah masa pemerintahan Britania Raya berlalu, pada tahun 1842, Van der Vlis, arkeolog Belanda, melakukan penelitian. Pemugaran pertama dimulai pada tahun 1928.

Candi ini dibangun dengan tiga teras. Teras pertama terdapat gapura utama. Pada gapura ini ada sebuah sengkala memet dalam bahasa Jawa yang berbunyi gapura buta aban wong ("raksasa gapura memangsa manusia"), yang masing-masing memiliki makna 9, 5, 3, dan 1. Jika dibalik maka didapatkan tahun 1359 (Saka) (1437 Masehi). Angka tahun ini sering dianggap sebagai tahun berdirinya candi ini, meskipun lebih mungkin adalah tahun selesainya dibangun gapura ini. 

Di sisi sebelahnya juga terdapat relief sengkala memet berwujud gajah bersorban yang menggigit ekor ular. Ini dianggap melambangkan bunyi gapura buta anahut buntut ("raksasa gapura menggigit ekor"), yang juga dapat ditafsirkan sebagai 1359 Saka.

Teras kedua candi
Gapura pada teras kedua sudah rusak. Di kanan dan kiri gapura terdapat patung penjaga pintu atau dwarapala yang biasa ada, tetapi dalam keadaan rusak dan sudah tidak jelas bentuknya lagi. Gapura sudah tidak beratap dan pada teras ini tidak terdapat banyak patung-patung. Pada gapura ini terdapat sebuah candrasangkala dalam bahasa Jawa yang berbunyi gajah wiku anahut buntut yang berarti “Gajah pendeta menggigit ekor” dalam bahasa Indonesia. Kata-kata ini memiliki makna 8, 7, 3, dan 1. Jika dibalik maka didapatkan tahun 1378 Saka atau tahun 1456 Masehi.

Teras ketiga candi
Pada teras ketiga ini terdapat pelataran besar dengan candi induk dan beberapa panel berelief di sebelah kiri serta patung-patung di sebelah kanan. Tepat di atas candi utama di bagian tengah terdapat sebuah bujur sangkar yang kelihatannya merupakan tempat menaruh sesajian. Di sini terdapat bekas-bekas kemenyan, dupa dan hio yang dibakar, sehingga terlihat masih sering dipergunakan untuk bersembahyang.

Saat Anda menaiki anak tangga dalam lorong gapura, akan disuguhi relief yang bisa dibilang cukup erotis dan vulgar terpahat di lantai. Relief ini menggambarkan phallus yang berhadapan dengan vagina. Sebenarnya relief itu bukan vulgar atau porno, tapi relief ini adalah lambang kesuburan, ada filosofi yang terkandung di dalamnya. Relief tersebut sesungguhnya mengandung makna yang mendalam. Relief tersebut sengaja dipahat di lantai pintu masuk dengan maksud agar siapa saja yang melangkahi relief itu segala kotoran yang melekat di badan menjadi sirna sebab sudah terkena suwuk.

Dari cerita nenek moyang juru kunci Candi Sukuh, relief ini  untuk tes keperawan calon pengantin. Pengantin laki-laki yang ingin menguji kesetiaan calon istrinya, dia akan meminta kekasihnya melangkahi relief ini. Tanda bahwa calon pengantian masih perawan atau tidak akan terbukti dengan kondisi kain kebaya yang dikenakan saat melangkahi relief. Jika kain kebaya yang dikenakannya robek atau terjatuh, maka dia masih perawan. Tapi sebaliknya, jika kainnya hanya terlepas, sang istri diyakini telah sudah tidak perawan.

Ada pula relief yang juga melambangkan ketiga dunia, yakni dunia bawah, dunia tengah, dan dunia atas. Ketiga dunia itu meunjukkan tahap yang harus dilalui manusia untuk mencapai nirwana.

Lokasi Candi Sukuh
Candi Sukuh ada di lereng barat Gunung Lawu di ketinggian 1.186 meter di atas permukaan laut terletak di Sudun Sukuh, Desa Berjo, Kecamatan Ngargoyoso, Kabupaten Karanganyar Jawa Tengah. Candi Sukuh berjarak kurang lebih 20 kilometer dari Kota Karanganyar dan 36 kilometer dari Surakarta.

Baca Juga :

LOKASI