CURUG SURIDOPO TEMANGGUNG YANG MERUPAKAN BAGIAN DARI SEJARAH PERJUANGAN PANGERAN DIPONEGORO

Curug Surodip
Curug Surodip / Kompas


Temanggung di Jawa Tengah menyimpan banyak objek wisata alam menarik. Tidak hanya Gunung Sindoro-Sumbing saja yang bagus pemandangannya di sekitar Temanggung tetapi ada beberapa wisata baru yang sekarang sedang berkembang pesat alias ngehits. Udara yang cenderung dingin dengan dataran tingginya, Temanggung mempunyai potensi wisata yang besar. Salah satunya ada Air Terjun Surodipo yang indah dan tingginya mencapai lebih dari 100 meter. 

Curug Trocoh atau Curug Surodipo terletak di Desa Tawangsari, Kecamatan Wonoboyo, sekitar 28 km dari arah barat laut Kota Temanggung. Istilah Trocoh, dalam bahasa jawa, berarti selalu mengeluarkan air. Air di Curug ini memang tak pernah surut, termasuk saat kemarau panjang. Tetapi ketika terjadi penjarahan hutan besar-besaran di awal reformasi, ekosistem di kawasan ini sdikit terganggu. 

Eksotisme dan Sejarah Curug Trocoh Temanggung -

Meski diberni nama Curug Surodipo sebagai penghormatan akan jasa Surodipo, tempat wisata ini juga dikenal sebagai Curug Trocoh. Dalam Bahasa Jawa, “trocoh” memiliki arti “selalu mengeluarkan air”. Hal tersebut untuk menggambarkan aliran air terjun di tempat wisata yang tidak pernah surut meski saat musim kemarau panjang.

Curug Trocoh memiliki keunggulan yang jarang dimiliki objek wisata air terjun lainnya, yaitu mempunyai lima terjunan bertingkat. Ketinggian curug, dari puncak ke dasar sekitar 120 meter. Jarak antara terjunan satu dan terjunan berikutnya rata-rata 20 meter.

Selain airnya bersih dan segar, di sekitar curug terdapat bebatuan alam yang digunakan untuk duduk bersantai sambil menikmati keindahan air terjun dengan ketinggian yang terjal tersebut. Apalagi panorama alamnya sangat indah, khas pedesaan, serta berhawa sejuk. 

Dengan berbagai kelebihan ini, Curug Trocoh layak “dijual” sebagai objek wisata alam dan sejarah. Tak sedikit pengunjung yang sengaja datang untuk melakukan meditasi, guna meningkatkan kemampuan supranaturalnya. Tempat yang sering digunakan untuk meditasi adalah goa-goa disekitar Watu Godheg. 

Untuk memopulerkan objek wisata ini, Pemerintah Kabupaten Temanggung pernah mengadakan acara jelajah wisata curug Surodipo. Rutenya dimulai dari depan Kecamatan Wonoboyo menuju lapangan Desa Tawangsari yang berjarak sekitar 7 km. Perjalanan bisa dilakukan dengan mobil atau motor. Dari lapangan, penjelajahan dilanjutkan dengan naik bukit menuju Curug Trocoh yang berjarak 3 km. 

Kegiatan ini perlu diteruskan dan dikemas lebih baik lagi dimasa datang, sebagai siasat menjaring minat calon wisatawan. Infestor pun sangat berpeluang menanamkan kapitalnya dengan membangun sarana-prasarana wisata di sekitar curug Trocoh.

Sejarah Pemberian Nama Surodipo

Belum ada kepastian tentang catatan baku sejarah keberadaan curug surodipo tersebut. Namun mengutip situs resmi Pemerintah Kabupaten Temanggung menjelaskan, Surodipo diambil dari nama seorang panglima Perang Diponegoro bernama Kyai Surodipuro, yang meninggal dan dimakamkan di kawasan curug surodipo, tepatnya di kanan jalan 5 meter sebelum gerbang masuk lokasi wisata Curug Surodipo.

Tempat ini menjadi saksi bisu sejarah perjuangan Pangeran Diponegoro melawan Belanda pada kurun waktu 1925 - 1830. Pangeran Diponegoro menggunakan tempat ini sebagai salah satu tempat untuk mengatur siasat perjuangan gerilya malawan Belanda. Usai perang Diponegoro sekitar tahun 1830, Kyai Surodipuro yang dikejar Belanda lari ke utara dan bermukim di kawasan itu. Dia enggan pulang ke Yogyakarta, karena kota itu sudah jatuh ke tangan penjajah.

Dalam pelariannya, Kyai Surodipo beserta sejumlah pengikutnya mendirikan sebuah permukiman yang diberi nama Klesem, hingga akhirnya wafat dan dimakamkan di sana.

Baca Juga :

LOKASI