DESA BAHASA BOROBUDUR TAWARKAN WISATA EDUKASI DAN ANAK - ANAK

Desa Bahasa Borobudur
Desa Bahasa Borobudur / detik.com


Desa Bahasa Borobudur yang kini ramai didatangi ribuan warga lokal sampai mancanegara sebagai salah satu tempat rujukan belajar bahasa Inggris. Ialah Hani Sutrisno, pria kelahiran Magelang, 4 Agustus 1974, orang di balik Desa Bahasa Borobudur. 

ASAL MULA DESA BAHASA

Hani menceritakan perjalanannya sampai berdirinya Desa Bahasa ini. Sejak kelas dua Madrasah Ibtidaiyah (MI), Hani sudah ditinggal oleh ayahnya. Ayahnya meninggal kala itu, sehingga ia mesti bekerja keras untuk membantu ibunya yang saati itu bekerja sebagai petani.

Ia pun mencari dan memecahi batu di sungai. Hasilnya, ia jual untuk membayar uang sekolah. Setelah SMP, ia beralih dengan mengasong di sekitar Candi Borobudur. Di sana, ia pertama berjualan es jolly. Tak laku, ia beralih menjual cinderamata patung. Terakhir, ia beralih jualan kartu pos yang dihargainya dua dolar untuk 10 lembarnya.

Waktu Hani mengasong di Borobudur, ia pun berpikir kenapa tidak ada yang menawarkan barang kepada orang asing. Padahal banyak sekali wisatawan asing yang datang. Akhirnya ia pun belajar bahasa.

Pertama, ia kerap mengikuti pemandu wisata di candi. Dari sana, ia belajar perlahan berbagai bahasa. Mulai dari bahasa Inggris, bahkang bahasa Jepang, Prancis. Ia juga tak malu bertanya kepada temannya atau siapapun yang menurutnya lebih tahu.

Namun, terbersit dalam pikirannya, untuk apa sekolah jauh-jauh kalau jadi asongan lagi. Hani pun pamit untuk kursus bahasa Inggris kepada ibunya, tetapi tidak ada biaya.

Niat itu ia urungkan. Ia mesti hijrah ke Bandung dan bekerja di konveksi. Selama empat tahun bekerja di sana, mengumpulkan uang, ia kembali lagi ke Magelang. Hani mencoba belajar bahasa lagi secara otodidak. Sembari belajar, ia juga mengajar anak-anak muda di Dusun Parakan, secara gratis.

"Tahun 1994-1995, saya menjadi guide di Borobudur. Feelance. Akhirnya ketemu dengan Mr Kallen, pendiri BEC dari Kampung Inggris, Pare, Kediri. Ia meminta saya untuk kursus di sana selama enam bulan. Saya pun ikut kursus. Sekembalinya ke sini, saya memanfaatkan ilmu tersebut, dan berbagi dengan masyarakat, dan pemuda di kampung sini," ujarnya.

Awal mula Desa Bahasa Borobudur ini adalah padepokan bahasa. Hani berkeinginan membuat lembaga kursus yang berorientasi ke profit dan ingin mengangkat desannya menjadi desa bahasa. Ia pun menyerahkan kepada pihak desa dan dusun, soal lokasi dan hal lain, tetapi pihak desa ataupun dusun tidak dapat melanjutkan.

Ia pun meneruskan Padepokan Bahasa ini sendiri. Hani sendiri yang mendatangi rumah per rumah, dusun per dusun, untuk membujuk anak-anak, orang tua, belajar bahasa Inggris.

Awalnya, banyak penolakan, tetapi lama kelamaan warga tertarik belajar bahasa Inggris, terutama orang-orang yang sudah berusia tua ini.

"Dulu, pertama itu belajar selama tiga kali pertemuan. Ada sekitar 100 orang, beberapa kampung di Desa Ngargogondo, sehingga ramai. Hari pertama berjalan dengan menyenangkan. Hari kedua ternyata para orang-orang tua ini ingin ditambah lagi. Bapak-bapak ternyata senang belajar, karena menyenangkan dan menghibur diri. Akhirnya makin banyak dan banyak, sampai anak-anak muda juga ikut karena malu, orangtuanya belajar, kok anaknya tidak," tutur Hani.

Menjalankan padepokan bahasa sendiri membuat Hani merasa berat. Pasalnya, pekerjaannya betul-betul mandiri dan gratis. Ia juga terpaksa berhutang untuk peresmiannya dulu oleh Menteri Pendidikan, Bambang Sudibyo, sebesar Rp 8 Juta. Sementara itu, ia juga harus menyempatkan waktu dan mencari nafkah untuk keluarganya.

Ia pun terpaksa menutup desa bahasa pada tahun 2007 dan berkonsentrasi pada bisnis. Selama lima tahun mati suri, pada tahun 2012, Hani tergugah untuk membangun lagi Desa Bahasa.

"Akhirnya tahun 2012, saya bangunkan lagi Desa Bahasa. Setelah lima tahun tak ada kegiatan, kami kembali lagi, tetapi tak seperti dulu. Kalau dulu hanya untuk gratis saja, kini Desa Bahasa dikelola secara profesional. Ada karyawan dan lainnya.Meski demikian, sosial tetaplah sosial, bisnis tetaplah bisnis. Untuk warga Ngargogondo tetap gratis untuk pendidikannya, tetapi buku bayar. Untuk wisata edukasi di sini juga gratis bagi warga sini. Ada tujuh dusun, gratis semua, syaratnya tunjukkan KTP saja," ujarnya.

WISATA DI DESA BAHASA BOROBUDUR

Selain belajar, para peserta juga diajak berwisata di Desa Bahasa Borobudur. Wisata yang ditawarkan mulai dari Candi Borobudur, Rafting, Kerajinan Gerabah, Kerajinan Batik. Di Desa Bahasa sendiri juga ada wisata edukasi yang unik, seperti taman kelinci, Fun Game, Sound of Angklung, Sulap, Ikan Terapi, bahkan wahana swafoto dengan Presiden tersedia di sini. 

Masuk ke Desa Bahasa, anda akan disambut bola dunia dengan peta Indonesia bertuliskan UNIVERSAL seperti di Universal Studio Singapura. Namun, di belakangnya ada pula tulisan Desa Bahasa Borobudur dilengkapi stupa Candi Borobudur. Ini adalah salah satu spot foto yang disediakan Desa Bahasa di Dusun Parakan Desa Ngargogondo Borobudur Magelang, Jawa Tengah.

Masuk lebih jauh, di dalam tempat wisata edukasi ini anak-anak bisa memberi makan hewan di Taman Kelinci, menonton pertunjukan sulap street and fun magic, pentas angklung, hingga bermain panahan. Pengunjung juga bisa menjajal terapi ikan, juga trampolin untuk anak-anak.

Tiket masuk Desa Bahasa dibandrol seharga Rp15.000 untuk weekdays, dan Rp20.000 untuk weekend. Jam buka dari 09.00 - 17.00 WIB.

"Masuk ke Taman Kelinci free (termasuk tiket masuk). Tapi kalau mau kasih makan harus beli makanannya. Harganya Rp5.000-an. Panahan yang anak laki-laki free voucher panahan. Kalau pingin tambah 10 panahan, bayar Rp10 ribu," kata Hani Sutrisno, pemilik Desa Bahasa Borobudur.

Tidak hanya wisata, Desa Bahasa juga menawarkan paket kursus pendidikan bahasa Inggris mulai dari 6 hari, 10 hari, hingga 1 bulan. Meski namanya kursus bahasa Inggris, metodenya sama sekali jauh dari kesan belajar di kelas, bahkan tidak ada papan tulis di Desa Bahasa. Anak mulai kelas IV SD bisa kursus di sini. 

Kegiatannya fun, belajar dipandu dengan wisata, tour de village, bikin gerabah, praktek ke Candi Borobudur, city tour, fun game dan rafting," jelas Hani. Semua paket kursus tersebut biayanya sama, Rp3,5 juta termasuk makan 3 kali sehari, tempat tinggal, tiket rafting, outbond, city tour, tour de village itu semua sudah include tidak ada biaya lagi. 

Menginap Di Homestay Syariah

Desa Bahasa Syariah Borobudur, Magelang - Harga Hotel Terbaru di Traveloka

Kalau belum puas berwisata di Desa Bahasa, pengunjung bisa menginap di sini. Di homestay ini tidak disediakan minuman beralkohol, dan pasangan yang boleh menginap hanya yang sudah menikah. Kamar yang tersedia meliputi family room, standard room dan kapsul.

"Ada promo harga kamar dalam masa pandemi ini," ujar Hani.

Family room bisa dihuni 4 sampai 6 orang, harganya Rp800.000, promo saat pandemi ini jadi Rp400.000 sampai Rp600.000. Kemudian, standard room hari biasa Rp500.000, sedangkan saat pandemi ini Rp265.000. 

"Berikutnya yang kapsul Rp100.000, saat pandemi cuma Rp75.000," terangnya.

 

Terapkan Protokol Kesehatan

 

Wisata dan edukasi Desa Bahasa yang terletak 3 kilometer dari Candi Borobudur ini sudah memiliki sertifikat CHSE dan Indonesia Care. Selama pandemi covid-19 selalu menerapkan protokol kesehatan dengan mewajibkan pengunjung mencuci tangan, cek suhu tubuh, memakai masker, dan menjaga jarak selama di lokasi.

 

 

"Pembatasan pengunjung yang dulu saat normal 1.000, sekarang hanya 500 pengunjung. Tempat antrean juga disiapkan yang jaga jarak. Dengan kondisi ticketing kita siapkan 2 tempat saat ada banyak rombongan," kata dia.

Baca Juga :

LOKASI