KAWAH SILERI DI DATARAN TINGGI DIENG ERUPSI

Dieng Sunrise
Dieng Sunrise / https://id.wikipedia.org/


Dataran Tinggi Dieng atau Plato Dieng adalah sebuah wilayah di pusat Jawa Tengah yang memiliki ciri geologi, sejarah, dan pertanian yang dinilai khas.[oleh siapa?] Dataran ini diapit oleh jajaran perbukitan di sisi utara dan selatannya, yang berasal dari aktivitas vulkanik yang sama dan disebut Pegunungan Dieng. Pegunungan Dieng sendiri secara geografis berada di antara kompleks Puncak Rogojembangan di sebelah barat dan pasangan Gunung Sindoro dan Gunung Sumbing di sisi timurnya. Secara kasar dapat dikatakan bahwa wilayah Dataran Tinggi Dieng (DT Dieng) menempati kawasan berukuran lebar (utara–selatan) 4-6 km dan panjang (barat–timur) 11 km.

Meskipun cukup terpencil, DT Dieng telah lama menjadi kawasan pemukiman. Sejumlah bangunan peninggalan abad ke-8 masih dapat ditemukan, baik dalam keadaan masih berdiri ataupun telah menjadi reruntuhan. Diperkirakan, bangunan-bangunan ini berasal dari masa Kerajaan Medang awal. Terdapat indikasi bahwa penduduk kawasan ini berada pada pengaruh Kerajaan Sunda Galuh kuno sebelum kemudian dikuasai Medang.

Pertanian di DT Dieng menjadi sumber mata pencaharian utama penduduk. Penanaman sayur-mayur khas pegunungan menjadi aktivitas utama, seperti kentangwortellobakkubis bungabit, dan berbagai bawang-bawangan. DT Dieng adalah penghasil kentang terluas di Indonesia. Tanaman klembak dan purwoceng adalah tanaman penyegar yang khas Dieng, karena hanya cocok untuk tumbuh di kawasan ini.

SEJARAH DAN ASAL-USUL DIENG

Nama "dieng" berasal dari gabungan dua kata bahasa Kawidi yang berarti "tempat" atau "gunung" dan hyang yang bermakna "leluhur yang suci menjadi dewa". Dengan demikian, "dieng" berarti pegunungan tempat para leluhur/dewa bersemayam". Teori lain menyatakan, nama "dieng" berasal dari bahasa Sunda (di hyang) karena diperkirakan pada masa pra-Medang (sekitar abad ke-7 Masehi) daerah itu berada dalam pengaruh politik Kerajaan Galuh.

Pada awal abad masehi, terjadilah sebuah proses migrasi besar-besaran penduduk Kalinga ke berbagai penjuru asia, salah satunya ke pulau jawa. Menurut beberapa sumber, migrasi tersebut disebabkan serangan kerajaan Ashoka yang terletak di sebelah utara kerajaan Kalingga, namun menurut seorang peneliti dari Prancis, Migrasi tersebut hanyalah migrasi biasa dalam rangka memperluas lingkup perdagangan bangsa kalingga yang kemudian sekaligus menjadi sarana penyebaran budaya.

Proses Migrasi tersebut membawa pengaruh besar baik dibidang keyakinan, tekhnologi, hingga sastra. Bahkan cara bercocok tanam padi pun diduga merupakan salah satu tekhnologi yang dibawa bangsa kaligga ke Tanah Jawa. Dalam Kurun Waktu tertentu, terjadilah proses civilisasi yang terus menerus, hingga akhirnya Dieng menjadi sebuah sistem peradaban yang besar Sekaligus menjadi cikal bakal berdirinya Wangsa Mataram Kuno (Sanjaya dan Syailendra) yang mencapai puncaknya pada abad 8-9 M, dengan bukti-bukti peninggalannya berupa candi-candi yang sampai sekarang masih dapat kita lihat sisa-sisa peninggalannya.

Migrasi tersebut bukanlah proses perpindahan spontan melainkan tersusun dengan rencana yang matang. Sebelum proses migrasi dilakukan, mereka telah melakukan pencarian tempat-tempat yang dianggap sesuai untuk memindahkan simbolis "surga" yang ada di himalaya ke tanah Jawa. Dan tempat yang dianggap pas tersebut adalah Dieng. Oleh sebab itu kemudian Dieng menjadi pingkalingganing Bhawana (Poros Dunia)

Nama Dieng sendiri dilatarbelakangi dari peristiwa pemindahan simbol surga dilakukan Sang Hyang Djagadnata (Bathara Guru) , sebagaimana tertuang dalam Serat Paramayoga karya R Ng Ranggawarsito ? tersebut. Dieng yang berasal dari bahasa Sanskerta Di artinya tempat yang tinggi atau gunung dan Hyang artinya leluhur atau dewa-dewa.

Dieng memiliki kawah-kawah aktif di DT Dieng menunjukkan adanya aktivitas vulkanik yang tinggi di bawah permukaan tanah. Selain semburan gas atau uap air, bentuk aktivitas lainnya adalah letusan (erupsi) maupun gempa bumi. Bencana sekunder yang dapat terjadi adalah banjir dan aliran lahar.  

Salah satu kawah di dataran tinggi Dieng, kawah Sileri erupsi mendadak  Kamis (29/4/2021). Kawah di dataran tinggi Dieng Banjarnegara, Jawa Tengah itu meletus tanpa didahului gempa, jelang waktu buka puasa. Pengamat Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Gunung Api Dieng, Surip, mengatakan erupsi terjadi sekitar pukul 18.26 WIB.

Kawah Sileri Dieng Erupsi, Material Lumpur dan Batu Terlontar Hingga 400 Meter

"Erupsi freatik biasa, tidak didahului gempa. Mengeluarkan material batu dan lumpur, gas tidak ada," kata Surip saat dihubungi, Kamis malam.

Muntahan material batu meluncur hingga jarak antara 100 meter hingga 200 meter. Sedangkan material lumpur meluncur hingga kurang lebih 400 meter.

"Ketinggian asap tidak jelas, karena kondisi gelap, kemungkinan sekitar 80 meter," ujar Surip.

Jalan menuju Kawah Sileri Dieng ditutup setelah terjadi letusan yang mengeluarkan batu dan lumpur, Kamis (29/4/2021).

Surip menyebut mengakibatkan sensor suhu mati sesaat sebelum terjadi erupsi. Hingga kini, PVMBG masih memantau untuk mengantisipasi erupsi susulan. "Kami masih pantau karena peralatan lapangan mati. Jadi pada pukul 18.24 WIB atau 18.25 WIB sensor mati.

Suhu sebelum erupsi masih kami cari datanya, karena hilang," kata Surip.

Surip mengatakan, pascaerupsi status Kawah Sileri normal. "Masyarakat tidak perlu panik dan mematuhi peraturan yang ditetapkan. Rekomendasi jarak aman 200 meter dari kawah," ujar Surip. Namun jalan di sekitar kawah ditutup sementara untuk menghindari kecelakaan akibat tumpahan material lumpur.

Pasca erupsi, kondisi Kawah Sileri di kawasan dataran tinggi Dieng, Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah, belum stabil. Pengamat Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Gunung Api Dieng, Surip mengatakan, hingga saat ini masih muncul tremor.

Adapun untuk ketinggian asap siang ini antara 30 meter hingga 40 meter. Sedangkan gas karbondioksida nihil. Lebih lanjut Suri mengatakan, pascaerupsi rekomendasi jarak aman dari bibir kawah ditingkatkan dari semula 200 meter, kini menjadi 500 meter.

Namum demikian, pihaknya masih terua memantau kondisi Kawah Sileri. Sementara itu, akses jalan di dekat kawah hingga siang ini masih ditutup. Pasalnya masih terdapat sisa material lumpur yang keluar dari kawah. Diberitakan sebelumnya, Kawah Sileri di dataran tinggi Dieng, Kabupaten Banjarnegara, dilaporkan erupsi, Kamis (29/4/2021) sekitar pukul 18.26 WIB. Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencama Daerah (BPBD) Banjarnegara Aris Sudaryanto mengatakan, tidak ada korban jiwa maupun luka-luka akibat erupsi Kawah Sileri.







 



 

 

Baca Juga :

LOKASI