LEZATNYA LUMPIA DULEG KHAS KLATEN

Lumpia Duleg
Lumpia Duleg / Cookpad


Siapa bilang lumpia cuma ada di Semarang?

Kabupaten Klaten rupanya juga punya kuliner sejenis yang rasanya tidak kalah lezat. Lumpia identik dengan isian daging ayam dengan dicampur bambu muda atau rebung dipadukan telur.

Namun, berbeda dengan jenis lumpia asli khas Desa Gatak, Kecamatan Delanggu, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah yang biasa disebut Lumpia Duleg. 

Lumpia Duleg merupakan merupakan makanan khas Klaten yang kini mulai langka. Lumpia mini ini mempunyai keunikan sendiri dibanding lumpia pada umumnya. Kelezatannya membuat sejumlah orang yang mencicipinya ketagihan.

Bahan utama pembuatan lumpia khas Klaten ini adalah pati onggok yang dihasilkan oleh saripati pohon aren. Pati yang sudah direndam selama sehari semalam kemudian disaring dan dicampur dengan tepung terigu. Bumbu yang dibutuhkan adalah bawang, garam dan merica.

Untuk isiannya, dahulu pernah menggunakan pepaya muda, namun kini diganti dengan isian taoge yang dikukus.

Lumpia Duleg ini berukuran mini, panjangnya sekitar 10 sentimeter. Biasanya Lumpia Duleg disajikan dengan kuah manis dari gula jawa dan bawang. Lumpia yang memiliki cita rasa gurih ini juga enak dimakan bersama dengan gigitan cabe rawit.

Kuliner lumpia duleg kini mulai sulit ditemukan. Lumpia duleg merupakan ikon Dukuh Lemburejo, Desa Gatak, Delanggu, Klaten. Sejarah munculnya lumpia duleg sejak 1950-an. Warga yang dikenal dengan nama Mbah Karto Purno pulang kampung seusai bekerja sebagai buruh pembuat lumpia di Semarang.

Di kampung halaman, Mbah Karto mengaplikasikan resep yang ia pelajari selama bekerja. Namun, uji coba yang ia lakukan dengan bahan lokal yakni tepung pati berulang kali gagal lantaran ukuran kulit lumpia kecil.

Dari produk gagal tersebut, Mbah Karto justru menciptakan lumpia duleg yang hingga kini terus diminati. Salah satu panitia kirab, Seno Guntoro, mengungkapkan Cethik Geni baru kali pertama digelar untuk kian memoncerkan camilan khas buatan warga Lemburejo, Gatak.

Di kampung tersebut, sekitar 15 warga yang hingga kini bertahan membuat lumpia duleg secara turun temurun. Daliyem, 74, warga Dukuh Lemburejo, Desa Gatak, Delanggu, merupakan satu-satunya penjual lumpia duleg dengan gaya jadul. Wanita yang akrab disapa Mbah Sidal itu masih setia dengan gaya berjualan ala tempo dulu, berjalan tanpa alas kaki sembari menggendong tenggok, wadah dari anyaman bambu.

 

 

Baca Juga :

LOKASI