Lontong dekem merupakan salah satu kuliner khas Pemalang, Jawa Tengah, yang sudah dikenal lama dan memiliki nama yang unik. Keunikan tersebut membuat banyak orang penasaran.
Melansir dari kabarpemalang.id, nama lontong dekem diambil dari cara makannya yang semula pembeli akan makan di gelaran alias bahasa khas Pemalangnya, “ndekem”.
Dahulu, penyajian lontong dekem disajikan dalam wadah yang terbuat dari daun pisang yang direkatkan dengan potongan lidi (biting). Namun, seiring berjalannya waktu, baik penyajian maupun tempat makannya kini telah berubah.Wadahnya sudah menggunakan mangkuk dan tempat makannya sudah menggunakan meja lengkap dengan kursinya.
Dalam satu mangkuk lontong dekem ada isian lontong, kuah, tulang lunak ayam kampung, duan bawang, potongan daun bawang dan remukan kerupuk. Menu pelengkapnya adalah sate ayam dan ati ampela goreng.
Umumnya, penjual lontong dekem akan menyiapkan terlebih dahulu potongan lontong ke dalam mangkuk, lalu diguyur dengan kuah beberapa kali, tapi kuah dituangkan ke dalam kuali lagi. Selanjutnya, ditambah kletik atau tulang lunak, remukan kerupuk, daun bawang, bawang, sambel dan bawang goreng. Terakhir diguyur lagi dengan kuah yang melimpah.
Untuk cita rasanya sendiri, lontong dekem didominasi rasa gurih dan sedikit rasa manis dari kuah. Berbeda dengan penyajian lontong pada umumnya yang menggunakan nangka sebagai campuran, lontong dekem tidak menggunakan nangka. Sebagai gantinya, kita bisa mencampurkan sate ayam atau ampela ke dalam lontong sebagai pelengkap.
Untuk harga seporsi lontong dekem sangat terjangkau, yakni Rp 8.000. Untuk sate ayam dan ati ampela gorengnya masing-masing adalah Rp 4.000, Teh manis Rp 3.000, es teh Rp 4.000.
Baca Juga :