MASJID WALI LORAM KULOM : SEJARAH DAN TRADISI

Masjid Wali Loram Kulom
Masjid Wali Loram Kulom / Kompasiana


Masjid At-Taqwa atau sering disebut Masjid Wali Loram yang berlokasi di Desa Loram Kulon, Kecamatan Jati, Kabupaten Kudus memiliki arsitektur yang cukup unik. Mengingat bangunan ini, memadukan kultur Islam dan Hindu. 

Tempat ibadah yang juga dikenal sebagai Masjid Wali Loram ini, dibangun oleh Sultan Hadirin untuk berdakwah dan menyebarkan agama Islam di tanah Jawa.

Di halaman depan, tepatnya di sebelah timur masjid, pengunjung bisa melihat keindahan Gapura Padureksan yang telah ditetapkan sebagai bangunan cagar budaya oleh Balai Pelestarian Cagar Budaya Jawa Tengah.

Masjid Wali At-Taqwa, Desa Loram Kulon, Kudus

 

Nama resmi masjid ini adalah Masjid Jami At-Taqwa, namun masyarakat setempat lebih suka menyebutnya Masjid Wali Loram Kulon. Masjid ini berada di Desa Loram Kulon, Kecamatan Jati, Kabupaten Kudus, Jawa Tengah.

Bangunan asli masjid ini dibangun pada 1596-1597 oleh seorang Tionghoa Muslim asal Campa bernama Tjie Wie Gwan. Masjid ini dibangun Tjie Wie Gwan atas perintah Sultan Hadlirin.  Seperti layaknya bangun masjid pada zaman dahulu, Masjid Wali Loram Kulon ini dibuat dengan kayu jati yang telah dilengkapi dengan menara, sumur tempat berwudhu dan bedug.

 

Namun seiring bertambahnya usia, masjid ini menjadi rapuh sehingga telah dilakukan pemugaran pada awal 1990-an. Bagian yang sama sekali nggak diubah yaitu bagian gapura paduraksa yang berada di depan masjid. Ada aksara arab berbunyi “Allhumma baariklana bil khoir” dan di bawahnya ada terjemahannya yang berbunyi “Ya Allah, berkahilah kebaikan kepada kami” yang tertera di gapura itu.

Seperti Masjid Menara Kudus, Masjid Wali Loram Kulon ini juga berarsitektur Jawa Hindu dan mengkombinasikannya dengan gaya Timur Tengah. Selain gapura, bagian masjid yang masih asli ada saka guru, mustaka cungkup masjid, sumur, pintu ukir, dan bedug.

Tradisi-tradisi Unik

Masyarakat Loram termasuk masyarakat modern karena lingkungannya berada dipinggiran kota Kudus dan melakukan aktifitas sebagai masyarakat modern seperti berprofesi sebagai pengajar dan dokter, akan tetapi masyarakat Loram Kulon masih mempertahankan nilai-nilai dan tradisi masyarakat tradisional. Sampai saat ini di desa Loram Kulon memiliki beberapa tradisi peniggalan leluhur yang masih senantiasa dikembangkan. Tradisi-tradisi yang masih berkembang di desa tersebut ialah ampyang maulid, sodaqoh sego kepeldan nganten mubeng gapura.

Kirab dengan memikul buah-buahan dan hasil bumi menjadi daya tarik tradisi ampyang Maulid yang diadakan warga di halaman Masjid Wali At-Taqwa, Desa Loram Kulon, Kecamatan Jati, Kabupaten Kudus, Jawa Tengah, pekan lalu. Ampyang Maulid merupakan tradisi warga untuk memperingati kelahiran Nabi Muhammad SAW.

Ampyang Maulid merupakan tradisi yang dilaksanakan oleh masyarakat guna memperingati maulid (hari kelahiran) nabi Muhammad SAW. Ampyang maulid dilaksanakan dengan cara kirab budaya yang diikuti seluruh masyarakat desa. Tradisi ini dilakukan satu kali dalam satu tahun, selain tradisi ampyang maulid, tradisi sedekah nasi kepel juga masih berkembang di desa Loram Kulon. Hampir setiap hari di masjid At Taqwa ada warga yang mengirim nasi kepel. Nasi bungkus yang sebesar kepalan tangan dewasa ini adalah media bersedekah yang diajarkan oleh Sultan Hadlirin pada saat menyebarkan agama islam di daerah tersebut, akan tetapi sampai sekarang masyarakat masih melaksanakan tradisi tersebut.

 

Ampyang maulid kabarnya sudah digelar sejak tahun 1500-an. Hingga kini masih terus lestari dan menjadi bagian dalam kegiatan masyarakat Kudus. Ampyang Maulid berasal dari dua kata yaitu Ampyang dan Maulid. Menurut sesepuh Desa Loram Kulon, Ampyang adalah jenis kerupuk yang terbuat dari tepung, berbentuk bulat dengan warna yang beraneka macam. Sementara kata Maulid berasal dari bahasa Arab yang artinya kelahiran.

Bila dirangkai maka ampyang maulid memiliki arti makanan yang ditata dalam wadah dan disajikan saat memperingati hari lahirnya Nabi Muhammad SAW. Ampyang maulid digelar di Masjid Wali Loram Kulon.

Pengantin Mubeng Gapura Masjid Wali, Tradisi Unik yang Masih Lestari di  Kudus | Beta News

Tradisi Manten Mubeng Gapura, dalam tradisi tersebut pengantin akan melakukan mubeng atau mengelilingi gapura Masjid At Taqwa atau yang dikenal sebagai Masjid Loram Kulon atau Masjid Wali. Prosesi manten mubeng gapura dilakukan sejak Sultan Hadlirin masih di Masjid At-Taqwa. Warga yang menikah hendak meminta doa restu sang Sultan. Sayangnya, Sultan nggak selalu bisa meluangkanAkhirnya, Sultan menyuruh mereka mengelilingi gapura masjid sebagai ganti restunya. Semenjak saat itu pengantin yang berasal dari desa  Loram Kulon melakukan tradisi ini.

Saat ini posesi ini kini telah mengalami beberapa perubahan untuk menyesuaikan dengan perkembangan zaman. Pasangan akan masuk ke masjid melalui pintu di sebelah selatan.  Sebelum memasuki gapura, pasangan akan memasukan amplop ke dalam kotak yang disediakan tepat di sebelah kanan. Setelah itu, pasangan bersama-sama memasuki Gapura Padureksa. Mereka akan dipersilakan untuk duduk di tempat khusus dan mengisi buku tamu tepat di depan Masjid At-Taqwa.

Usai berdoa, pasangan pengantin dipersilakan untuk foto-foto bersama keluarga sebelum akhirnya dipersilahkan untuk melakukan mubeng atau mengelilingi gapura.

2 Makanan Jadul Ini Jadi Rebutan Saat Maulid Nabi Muhammad ~ omonganem

 

Sodaqoh sego kepel adalah tradisi dimana masyarakat yang memiliki hajat seperti sunatan, kelahiran, syukuran, nadzar, dan sebagainya, mengirimkan nasi kepal bejumlah tujuh lengkap dengan lauk botok bandeng untuk disedekahkan ke Masjid Wali Loram. Botok dipilih lantaran Sultan Hadirin tidak ingin memberatkan masyarakat yang ingin melakukan Sodaqoh Sego Kepel.

Masyarakat yang memiliki hajat seperti menikahkan anak, sunat, membangun rumah, melahirkan, dan lain-lain akan membawa sedekah nasi kepel dan lauk bothok masing-masing 7 bungkus. Angka tujuh dalam sedekah ini melambangkan pitu dalam bahasa Jawa yang artinya pituduh (petunjuk), pitutur (wejangan), dan pitulung (pertolongan).

 

 

Baca Juga :

LOKASI