Indonesia dikenal sebagai negara yang memiliki pegunungan di setiap provinsinya. Di pulau Jawa sendiri memiliki beberapa gunung megah yang keindahannya tidak pernah membosankan untuk dipandang. Misalnya seperti Gunung Ciremai dan Gunung Merapi.
Di Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah—tepatnya di Desa Wisata Pandanrejo, Kecamatan Kaligesing—kamu dapat menikmati pemandangan lima dari beberapa gunung yang ada di Pulau Jawa yaitu Gunung Merapi, Gunung Merbabu, Gunung Sindoro, Gunung Sumbing, dan Gunung Slamet. Kamu bisa melihatnya dari gardu pandang yang berada pada salah satu spot wisata di Desa Wisata Pandanrejo, yakni Gunung Gajah.
Selain gunung, di Desa Wisata Pandanrejo kamu juga dapat mengunjungi Bukit Sebutrong yang bentuknya menyerupai gajah. Bukit ini tersusun dari batuan kristal (watu lintang) dan batuan kapur (watu gamping). Penyematan “Sebutrong” sebagai nama spot wisata alam ini berasal dari kata “sebut rong” yang berarti banyak lubang.
Kamu yang berwisata ke tempat ini dapat melihat batu durian, ombak, dan matahari terbenam. Pemandangan matahari terbit juga bisa kamu Nikmati sambil dikelilingi pinus di bukit tersebut.
Tak hanya dua spot wisata saja, di Desa Wisata Pandanrejo juga memiliki berbagai atraksi unik yang bisa kamu nikmati.
Wisata edukasi kambing etawa
Salah satu desa wisata di Indonesia ini merupakan tempat pengembangan kambing etawa khas Kaligesing yang sudah dikenal sejak 1920.
Adapun, kambing etawa berbeda dengan kambing pada umumnya lantaran tubuhnya besar. Tak ayal kambing ini kerap mengikuti kontes, selain dimanfaatkan susunya karena dipercaya memiliki beragam khasiat.
Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno sempat berkunjung ke desa wisata ini pada Selasa (12/10/2021). Menurut dia, keberadaan kambing etawa di desa itu dapat dikembangkan menjadi daya tarik wisata lewat wisata edukasi.
Di tempat ini jika kamu membeli paket wisata edukasi kambing etawa Kaligesing, kamu bisa memerah dan meminum susu kambing etawa serta memberi susu ke anak kambing.
Pengunjung yang ingin mengetahui lebih jauh seputar kambing tersebut juga akan diajak berkunjung ke Pasar Seton yang merupakan lokasi transaksi jual-beli kambing peranakan etawa sejak 1980-an.
Transaksi jual-beli kambing peranakan etawa di tempat itu kini menjadi budaya dan warisan turun-temurun. Dalam sekali gelaran Pasar Seton, biasanya sebanyak 500-1.000 ekor kambing peranakan etawa diperjualbelikan.
Seni tari yang sudah ada sejak 1930an
Desa Wisata Pandanrejo memiliki seni tari bernama incling wedus yang sudah menjadi daya tarik tersendiri sejak 1930-an. Kesenian ini hanya bisa dinikmati di desa tersebut. Tari Incling Wedus merupakan tari kuda lumping dengan variasi kostum penari yang menyerupai kambing etawa, dan topeng berbentuk kepala kambing etawa Kaligesing.
Keberadaan kambing etawa dikatakan sebagai sumber kreativitas masyarakat setempat dalam mengembangkan seni budaya, salah satunya kesenian tari, yang terwujud dalam tari incling wedus.
Dawet goreng dan produk olahan kayu di pasar kuliner
Apabila ingin kulineran, Desa Wisata Pandanrejo memiliki Pasar Kuliner Wiwit yang menyajikan beragam hidangan khas desa tersebut, salah satunya dawet goreng. Ada juga nasi bakar gugah, nasi tumpeng tiwul, dan kuliner lainnya yang disajikan. Pasar ini juga menjual beragam produk kriya dari olahan kayu.
Sejarah Desa Pandanrejo
Sebelum Desa Pandanrejo terbentuk, dahulu terdapat suatu wilayah pedesaan di perbukitan menoreh bagian paling timur Kabupaten Purworejo. Tepatnya di area perbatasan Jawa Tengah (Jateng) dan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Di bagian timur bernama Desa Klepu dan pada bagian barat bernama Desa Pendem. Kedua desa ini mempunyai kebiasaan yang saling berhubungan.
Budaya, sosial, dan ekonomi dari masyarakatnya saling melengkapi. Salah satu yang paling menonjol adalah beternak kambing peranakan etawa (PE) ras Kaligesing. Untuk memperluas wilayah desa, sekitar tahun 1927 keduanya sepakat untuk digabungkan menjadi Desa Pandanrejo. Nama Pandanrejo diambil dari ciri khas desa yang ketika itu banyak ditumbuhi tanaman pandan. Sedangkan kata ‘rejo’ memiliki makna berjaya. Dengan nama tersebut diharapkan desa ini akan terus bertumbuh dan berjaya.
Baca Juga :