MUSEUM RADYA PUSTAKA MERUPAKAN MUSEUM TERTUA DI INDONESIA YANG SERING DIGUNAKAN UNTUK WSATAWAN MENCARI WETON JAWA

Museum Radya Pustaka
Museum Radya Pustaka / https://pariwisatasolo.surakarta.go.id


Maysrakat Indonesia terutama suku Jawa pada umumnya masih kental dengan adat istiadat dan budayanya, salah satunya menggunakan 'weton' untuk menghitung hari mulai dari hari dan pasarannya yang sering disebut weton.

Biasanya orang jawa dalam menentukan hari dan tanggal sering mempertimbangkan weton jawa ini dengan harapan dilancarkan dan sesuai perhitungan makna weton jawa. Termasuk dalam pernikahan, jodohpun antara kedua pasangan terkadang dihitung menggunakan weton jawa berdasarkan tanggal dan pasaran jawanya yang memiliki arti berbeda-beda.

Dalam budaya Jawa, weton adalah perhitungan hari lahir seseorang yang digunakan sebagai patokan untuk menunjukkan Ramalan tertentu. Cara menghitungnya pun berdasarkan hari dan pasaran, ada juga yang dihitung berdasarkan bulan tahun kelahiran.

Di Jawa Tengah ada satu tempat wisata yang sering digunakan para wisatawan untuk mengetahui weton Jawa mereka. Tempat itu adalah Museum Radya Pustaka yang terletak di Solo tepatnya di Jalan Slamet Riyadi, tidak jauh dari Taman Sriwedari. Namun dikarenakan pandemi Covid-19 yang belum tahu kapan berakhir, museum itu harus ditutup. Informasi tersebut dibenarkan oleh Koordinator Museum Radya Pusataka sekaligus Kurator Koleksi Museum, Bristian Agus Ariyanto. 

“Tutup sementara sejak 5 Juli 2021 sampai sekarang. Buka kembali menunggu surat edaran Wali Kota yang baru,” ungkap dia kepada Kompas.com, Selasa (24/8/2021).

Museum Radya Pustaka sudah menutup kunjungan untuk wisatawan sejak 30 Juni 2021. Dalam salah satu unggahan, penutupan awal dilakukan berdasarkan Surat Edaran (SE) Wali Kota Surakarta Nomor 067/002 tentang Perpanjangan PPKM Berbasis Mikro.

Museum Radya Pustaka yang didirikan oleh Kanjeng Raden Adipati Sosrodiningrat IV pada 18 Oktober 1890 ini merupakan museum tertua yang ada di Indonesia. Terletak satu kompleks dengan kantor Dinas Kebudayaan dan Pariwisata, bangunan yang sekarang menjadi museum sebelumnya merupakan kediaman seorang warga negara Belanda yang bernama Johannes Busselaar. Karenanya, museum ini pun memiliki nama lain yaitu Loji Kadipolo.

Dibangun pada masa pemerintahan Pakubowono IX oleh Kanjeng Raden Adipati Sosrodiningrat IV didalem kepatihan pada tanggal 28 Oktober 1890. Kanjeng Raden Adipati Sosrodiningrat IV pernah menjabat sebagai Patih Pakubuwono IX dan Pakubuwono X. Museum ini lalu dipindahkan ke lokasinya sekarang ini yaitu di Jalan Slamet Riyadi, Surakarta, pada 1 Januari 1913. Saat itu gedung museum merupakan rumah kediaman seorang warga Belanda bernama Johannes Busselaar. Ada banyak koleksi yang terdapat di museum ini diantaranya berbagai macam patung, baju adat, wayang kulit, buku dan foto kuno, gamelan dan lainnya.

Pada bagian depan museum, terdapat patung Rangga Warsita, seorang pujangga besar yang hidup di Surakarta pada abad 19

Di halaman depan, di depan gedung museum, para pengunjung akan menjumpai sebuah patung dada R. Ng. Rangga Warsita yang merupakan ikon utama dari museum ini. Ia adalah seorang pujangga keraton Surakarta yang sangat termasyhur dan hidup pada abad ke-19. Patung ini diresmikan oleh presiden Soekarno pada tahun 1953. Di depan dan di belakang patung ini terdapat prasasti yang menggunakan aksara Jawa.

Lalu di serambi museum ada beberapa meriam beroda dari masa VOC yang berasal dari abad ke-17 dan ke-18. Sementara itu ada pula beberapa meriam-meriam kecil milik Keraton Kartasura. Selain itu terdapat pula beberapa arca-arca Hindu-Buddha. Antara lain terdapat arca Rara Jonggrang yang artinya adalah “perawan tinggi” namun sebenarnya adalah arca Dewi Durga. Selain itu ada pula arca Boddhisatwa dan Siwa. Arca-arca ini ditemukan di sekitar daerah Surakarta.

Museum Radya Pustaka, Museum Tertua di Indonesia - Indonesia Kaya

Berada di kamar bagian barat terdapat sebuah patung kepala raksasa yang terbuat dari kayu dan merupakan hasil karya Pakubuwono V ketika dia masih seorang putra mahkota. Patung tersebut jumlah sebenarnya adalah dua: yang satu lainnya disimpan di Keraton Surakarta. Patung ini ialah hiasan depan sebuah perahu yang dipakai untuk mengambil permaisuri Pakubuwono IV yang berasal dari Madura. Sampai sekarang patung ini masih dianggap keramat dan sering diberi sesajian.

KOLEKSI
Museum Radya Pustaka menyimpan beragam koleksi penting. Koleksi-koleksi itu terdiri atas buku-buku kuno, manuskrip atau naskah kuno, pusaka adat, arca-arca, dan benda atau perkakas kuno. Koleksi buku kuno yang banyak dicari itu di antaranya mengenai Wulang Reh karangan Pakubuwono IV yang isinya antara lain mengenai petunjuk pemerintahan dan Serat Rama karangan Pujangga Keraton Surakarta bernamaYasadipura I yang menceritakan tentang wiracarita Ramayana.

Blog Suciana Dwi: Berkunjung ke Museum Radya Pustaka Solo Setelah di  Renovasi

Selain itu, koleksi yang paling terkenal adalah sebuah kotak musik buatan Perancis yang berhiaskan bunga-bunga yang di atasnya menancap burung kecil. Konon benda itu merupakan hadiah dari Raja Perancis Napoleon Bonaparte kepada Raja Pakubuwono ke-4.

Pada 18 November 2007, Kepala Museum Radya Pustaka, KRH Darmodipuro (Mbah Hadi) ditahan pihak kepolisian sebagai tersangka dalam kasus hilangnya sejumlah koleksi museum, antara lain lima arca batu buatan abad ke-4 dan 9 yang dijual kepada pihak lain dengan harga Rp 80 juta-Rp 270 juta per arca. Penyelidikan menunjukkan bahwa koleksi museum yang hilang diganti dengan barang palsu. Dua hari kemudian, polisi menggeledah rumah pengusaha Hashim Djojohadikusumo, adik Prabowo Subianto di Jakarta dan menemukan lima arca yang hilang dari museum.

  

 

Baca Juga :

LOKASI