NASI MEGONO: LEBIH DARI SEKEDAR KULINER, SEBUAH WARISAN SEJARAH PEKALONGAN

ilustrasi nasi megono
ilustrasi nasi megono / wikipedia


Pekalongan, 8 Oktober 2024 – Nasi megono, hidangan khas Pekalongan yang kaya akan rasa dan aroma, ternyata menyimpan kisah sejarah yang menarik. Jauh sebelum menjadi sajian favorit banyak orang, nasi megono memiliki akar budaya yang dalam dan peran penting dalam sejarah.

Hidangan ini, juga dikenal sebagai sega megana, mudah ditemukan di warung-warung sekitar Pekalongan, Batang, dan Pemalang.

Nasi megono terdiri dari nasi putih yang di atasnya ditaburi campuran nangka muda yang dicacah dan kelapa parut berbumbu, biasanya disajikan dengan mendoan atau tempe goreng tepung setengah matang.

Pada awalnya, nasi megono sering disajikan bersama tauto, sejenis soto dengan tauco khas Pekalongan. 

Namun, seiring berjalannya waktu, hidangan ini bisa ditambah dengan berbagai lauk-pauk sesuai selera, seperti telur balado, tempe orek, sayur lodeh, sambal goreng daging, ikan pindang, garang asem, dan ikan asin.

Seperti nasi kuning atau nasi uduk, nasi megono juga banyak dijual dan disajikan sebagai menu sarapan.

Untuk membuat nasi megono dibutuhkan bahan dan bumbu seperti nangka muda, kelapa parut setengah tua, bawang merah, bawang putih, ketumbar, kemiri, terasi, kencur, cabe merah, serai, bunga kecombrang, daun melinjo, daun salam, laos, dan daun jeruk.

Nasi megono awalnya merupakan bagian dari kebudayaan Keraton Yogyakarta, sebelumnya Mataram Kuno. Bagi keluarga kerajaan, nasi megono adalah sajen yang wajib ada dalam upacara bekakak.

Dalam upacara tersebut, masyarakat Mataram Kuno, termasuk Pekalongan, memberikan sajen kepada Dewi Sri agar hasil panen melimpah dan rakyat hidup makmur.

Sajen tersebut berupa nasi megono yang dibentuk seperti tumpeng dengan tambahan nangka muda dan urapan cecek atau urap nangka yang dicacah dengan kelapa parut dan rempah-rempah.

 

Warung Makan Tjukup

Untuk menikmati nasi megono dengan cita rasa autentik, salah satu tempat yang wajib dikunjungi adalah warung Tjukup. Warung makan legendaris ini telah berdiri sejak 1982 dan kini diteruskan kepada istrinya Kumala Ningsih. Warung Tjukup sekarang menjadi rujukan bagi para pecinta nasi megono. Ada 40 pilihan aneka lauk. Salah satu yang menjadi andalan adalah cumi. 

Rumah Makan Tjukup berada di Jalan Manggis nomor 10, Pekalongan Timur, samping kantor PLN Pekalongan.

 

Baca Juga :

LOKASI

-