ORO-ORO KESONGO: DESTINASI WISATA KAWAH BELERANG DENGAN MITOS MISTIS DI BLORA

Oro-Oro Kesongo
Oro-Oro Kesongo / goodnewsfromindonesia.id


Oro-Oro Kesongo, sebuah kawah lumpur yang terletak di Desa Gabusan, Kecamatan Jati, Kabupaten Blora, menjadi fenomena alam yang unik dan penuh mitos. Kawasan ini dikenal dengan semburan lumpur dan gas belerang yang menjadikannya sebagai destinasi yang menarik perhatian para pengunjung, baik karena keindahan alamnya maupun karena cerita mistis yang menyelimutinya.

Oro-Oro Kesongo sering dikaitkan dengan mitologi lokal. Menurut legenda masyarakat Blora, kawasan ini memiliki keterkaitan dengan kisah Prabu Ajisaka dan putranya yang berwujud ular naga raksasa, Jaka Linglung. Dalam legenda, Jaka Linglung diperintahkan oleh ayahnya untuk menaklukkan Bajul Putih, sosok siluman buaya yang menebar teror. Setelah berhasil, Jaka Linglung justru dikutuk untuk bertapa di tengah hutan, yang kini diyakini sebagai lokasi Oro-Oro Kesongo. Kisah sembilan anak desa yang tertelan oleh Jaka Linglung juga menjadi asal mula nama Kesongo, yang dalam bahasa Jawa berarti sembilan anak.

Fenomena Geologi yang Menarik
Menurut ahli geologi, fenomena semburan lumpur di Kesongo adalah tanda adanya kandungan minyak dan gas di bawah tanah. Handoko Teguh Wibowo, seorang dosen Teknik Geologi dan Pertambangan Institut Teknologi Adhitama Surabaya, menjelaskan bahwa Oro-Oro Kesongo merupakan gunung lumpur atau mud volcano, yang berbeda dengan fenomena lumpur panas di Sidoarjo (Lumpur Lapindo). Gas yang keluar dari lumpur ini mengandung hidrogen sulfida (H?S), gas beracun yang berbahaya jika terhirup dalam jumlah besar.

Kesongo terletak di Zona Kendeng, yang juga mencakup Kabupaten Grobogan, Rembang, dan beberapa wilayah di Jawa Timur. Di kawasan ini, semburan lumpur sering terjadi, meskipun intensitas dan kekuatannya beragam. Semburan besar terakhir tercatat pada tahun 2016, dengan lumpur mencapai ketinggian empat meter.

Gunung Lumpur/Shutterstock

Oro-Oro Kesongo / goodnewsfromindonesia.id

Potensi Wisata Alam yang Terabaikan
Meski memiliki potensi besar sebagai destinasi wisata, pengembangan kawasan Oro-Oro Kesongo masih terhambat. Kondisi infrastruktur yang belum memadai, seperti jalan tanah berbatu yang licin saat hujan, membuat akses menuju lokasi ini cukup sulit. Warga setempat bahkan sering mengingatkan pengunjung untuk berhati-hati, termasuk menghormati adat setempat dengan mengucapkan salam sebelum memasuki area yang mereka sebut sebagai "kraton Mbah Kesongo."

Upaya untuk menjadikan Oro-Oro Kesongo sebagai destinasi wisata sudah dimulai oleh pemerintah setempat. Kepala Dinas Kepemudaan Olahraga Pariwisata dan Kebudayaan (Dinporabudpar) Blora, Kunto Aji, menjelaskan bahwa koordinasi dengan berbagai pihak sedang dilakukan untuk mengembangkan kawasan ini, terutama dengan potensi Dogati (Doplang, Gabusan, Jati) sebagai kawasan pertanian yang bisa bersinergi dengan pengembangan wisata.

Mitos dan Keindahan Alam yang Menyatu
Selain semburan lumpur yang menjadi daya tarik utama, kawasan Oro-Oro Kesongo juga dikenal karena keberadaan burung bangau putih dan hitam, serta endemik burung dan jamur derik yang hanya dapat ditemukan di sini. Meskipun banyak yang datang untuk menikmati keindahan alamnya, tak sedikit pula yang masih percaya bahwa tempat ini memiliki aura mistis dan menjadi lokasi ritual untuk mencari pesugihan.

Namun, meski sering dipromosikan melalui media sosial dan dijadikan bahan penelitian, masyarakat lokal mengeluhkan bahwa banyak warga Blora sendiri yang belum mengenal atau mengunjungi Oro-Oro Kesongo. Sebaliknya, justru pengunjung dari luar kabupaten yang lebih banyak datang untuk melihat fenomena alam ini secara langsung.

Gunung Lumpur/Shutterstock

Oro-Oro Kesongo / goodnewsfromindonesia.id

Langkah Pengembangan yang Diperlukan
Oro-Oro Kesongo, dengan segala keunikan alam dan mitosnya, memiliki potensi besar untuk menjadi ikon wisata di Blora. Namun, diperlukan sinergi antara pemerintah daerah, masyarakat, dan pihak terkait lainnya untuk menjadikannya destinasi yang aman dan nyaman bagi para wisatawan. Dengan pembenahan infrastruktur dan pengelolaan yang baik, kawasan ini dapat menjadi salah satu daya tarik utama di Jawa Tengah, tidak hanya bagi pencinta alam, tetapi juga bagi mereka yang tertarik pada sejarah dan mitos lokal.

Catatan Pengunjung
Bagi pengunjung yang berminat, Oro-Oro Kesongo buka selama 24 jam. Namun, sangat disarankan untuk mematuhi peraturan setempat, seperti tidak mengambil apapun dari lokasi dan selalu berhati-hati di sekitar semburan lumpur. Pesona alam yang eksotis dan cerita mistis yang melingkupinya akan memberikan pengalaman yang tak terlupakan.

 

Baca Juga :

LOKASI