Siapa yang tidak terpesona dengan keindahan pantai di bawah bukit bebatuan yang akrab disapa Pantai Ujung negoro. Pantai ini membentang dengan hamparan pemandangan pasir, batuan laut dan tebing laut. Keadaannya masihlah begitu alami walau ada bangunan pelengkap yang memanglah di bangun oleh pemerintah daerah setempat untuk memperindah pantai Ujung Negoro jadi destinasi wisata alam.
Ciri-ciri Pantai Ujung Negoro yaitu pantai landai, berpasir, bertebing, serta susunan basic laut yang keras. Ombak tanpa ada henti mengalir dengan ketinggian yang aman. Air di selama pantai cukup jernih. Terlebih bebatuan banyak diketemukan di satu diantara bibir pantai. Satu panorama yang indah serta eksotis. Berpadu dengan semburat jelas sore yang mulai senja. Benar-benar indah.
Nama Ujung Negoro kata warga setempat dapat diartikan bahwa pantai ini berada sangat jauh atau posisi terluar. Hal itu memang benar demikian karena terletak jauh dari Kota Batang dan berbatasan dengan Alas Roban. Pantai Ujung Negoro sendiri terlihat bersih dan enak buat jalan-jalan, serta pas dijadikan tempat singgah menghabiskan waktu.
Pasirnya berwarna cokelat dan tentu khas dari pantai utara Jawa. Terlihat di kanan dan kiri pantai adalah perbukitan. Karang-karang dan berbatuan menonjol di sudut-sudut pantai. Namun inilah keunikan Pantai Ujung Negoro. Ada tulisan besar yang ikonik dan berwarna-warni di pantai ini.
Lokasi itulah yang sering digunakan untuk berfoto dan bahkan untuk foto pre-wedding. Ada pula para warga lokal yang memancing di karang-karang ini. Di pantai ini pula anda dapat membeli ikan asin dari nelayan lokal.
Pantai ini terletak di Kecamatan Kandeman 12,8 km dari Ibukota Kabupaten Batang. Pantai dengan tebing di bibir pantai dan karang yang menjorok ke Laut Jawa. Mengingatkan pada tokoh penyebaran agama Islam di Kabupaten Batang, yaitu Syeikh Maulana Maghribi yang kemudian dibuat petilasan di atas tebing. Di bawah tebing menghadap ke Laut Jawa terdapat goa peninggalan Syeikh Maulana Maghribi.
Keindahan Pantai Ujungnegoro tersaji dalam landscape alam hamparan pasir dan kumpulan karang yang membentuk teluk - teluk nan indah membentang diantara tebing. Di sebelah barat tebing terdapat dermaga kecil yang memperlihatkan keindahan Pantai Ujungnegoro.
Pantai Ujungnegoro dan Sigandu terhubung oleh Jalan Wisata Pantai Sigandu - Ujungnegoro. Di Sepanjang jalan ini akan dikembangkan sebagai kawasan wisata pantai.
SEJARAH
Di Pantai Ujung Negoro ini, dahulu kira kira di abad 17 yaitu masa awal berdirinya Kabupaten Batang, menjadi tempat berlabuhnya jung-jung atau perahu-perahu dari negeri Cina. Dan bermula bermangkalnya Jung-jung saka Cina dalam bahasa daerah yang berasal dari Negeri Cina. Akhirnya tempat tersebut disebut Ujung Negoro. Bermangkalnya perahu-perahu besar dari Cina itu menurut sumber yang sama, tidak lain milik para perampok pimpinan Baurekso. Yang mengaku berkuasa di seputar kali Lojahan (Sambong Kramat ) penguasa lokal tidak mau mengakui yang dipertuan Mataram Islam itu.
Menurut Bapak R. Soedibjo Giri Soerjaham Logo, dalam majalah Gema Pembangunan Edisi khusus babad Pekalongan, terbitan Pemda Pekalongan, Nomor 27 Pekalongan 10 Juli 1975, disebut Sang Tunjang Mlaya (Teratai putih yang melayang-layang) atau sang Raja Uling kanting. Sedangkan menurut penuturan sementara penduduk, Drubekso yang mengakui Penguasa itu, disebut Uling, sebab ia dan kawan-kawannya ternyata tangguh dan ulet dalam upaya mempertahankan kawasan yang tidak sah itu. Sementara pendapat yang lain Uling tidak lain berasal dari bahasa Cina yaitu Heling.
Menurut keluarga R. Soenarjo, lebih lanjut menuturkan bahwa daerah kekuasaan Heling (Uling) atau Drubikso memanjang pantai Jawa, dan kawasan Gambiran (Pekalongan) sampai Alas Roban (Timur Batang), dari hilir sungai Lojahan dengan benteng rahasianya (Sademan dan secara sembunyi-sembunyi, sekarang menjadi nama kampung Sademan desa Klidang Lor. Terus meliputi daerah-daerah sekitar : Sambong, Kedung Cina, Kedung Ringin (di Kecamatan Batang) Jung Biru dan seputar wilayah gunung Tugel (Kecamatan Wonotunggal) kekuasaan Drubikso.
Kekuasaan Drubikso beakhir, akhirnya Drubikso bisa dikalahkan oleh jaka Bau (Bhaurekso) dengan dibantu oleh pasukan Mataram, Subah, Gringsing dan kawan-kawan seperjuangan yang lain. Sehingga akhirnya perahu-perahu dari daratan Cina tersebut.
MITOS
Pantai Ujung Negoro ini memiliki kharisma ganda, selain menawarkan wisata alam, disini juga menyajikan wisata budaya,dan wisata religi. Di bagian lain pantai ini menyimpan peninggalan sejarah, yaitu pemakaman Syeh Maulana Maghribi dan Gua Aswatama. Makan Syeh yang diyakini sebagai penyebar Islam di daerah ini. Makam ini selalu ramai dikunjungi peziarah, terutama pada tanggal 15 Sapar (penanggalan Jawa) dimana digelar selamatan untuk Syeh Maulana.
Sedangkan Gua Aswatama sendiri memiliki legenda yang melekat di masyarakat. Alkisah pada perang Bharatayuda, seorang Pendeta Durna kalah melawan Pandawa. Sebagai upaya balas dendam, anak pendeta tersebut yang bernama Aswatama mengejar Pandawa hingga pantai Ujung Negoro.
Tanpa hasil, Aswatama bersemedi di salah satu gua dengan berdoa pada sang Ibu di kayangan, yaitu Dewi Wilutama. Sang Dewi pun turun dan memberi kekuatan pada anaknya agar bisa menyusul Pandawa di Jonggring Saloka (Dieng). Dewi Wilutama menyusuh Aswatama menggali tanah agar menembus ke tempat Pandawa berada dengan syarat tidak boleh menengok ke belakang selama proses penggalian. Singkat cerita, Aswatama pun menggali sejauh yang dia mampu.
Namun, dia tergoda untuk mengingkari janjinya untuk tidak menengok ke belakang. Lalu pada saat itu juga hasil galiannya kembali seperti semula. Dengan kesal, Aswatama membelokkan galiannya ke daerah Batur. Dan gua Aswatama itulah yang menjadi titik pertama penggalian. Hingga kini, legenda gua tersebut masih diyakini namun tidak dapat dipastikan kebenarannya.
Selama ini memang masih terjadi kontroversi siapa yang dimakamkan di Ujungnegoro tersebut. Sebagian kalangan menyebut makam tersebut hanyalah sebuah petilasan karena di daerah Batang sendiri ada dua tempat yang dianggap masyarakat sebagai makam Syekh Maulana Maghribi.
Pertama di Ujungnegoro, dan kedua di Wonobodro, Kecamatan Blado, Batang. Sebagian kalangan lain menyebut, tempat tersebut hanya merupakan tempat petilasan semata. Tempat makam tersebut dibagi dua, dipisahkan oleh pintu yang dibiarkan terbuka. Yang pertama adalah tempat yang lumayan luas untuk berdoa, dan yang kedua adalah tempat makam itu sendiri.
Tempat Ujungnegoro sendiri sebagai sebuah tempat ziarah sangatlah indah. Makam tersebut berada di sebuah bukit di Gua Aswatama, di bibir pantai Ujungnegoro. Anak tangga melingkari bukit tersebut hingga para peziarah setelah berdoa, bisa langsung ke bawah menikmati deburan ombak pantai. Dari pantai Ujungnegoro, bangunan Makam Syekh Maulana Maghribi terlihat dari bawah.
Harga Tiket Masuk
Harga tiket masuk untuk berkunjung ke Pantai Ujung Negoro Batang sangat relatif terjangkau untuk masyarakat. Dengan membayar Rp5.000,00 per orang maka kita bisa masuk ke area wisata pantai. Jika kita ingin mencoba menaiki perahu untuk berkeliling di area pantai maka kita bisa menyewa perahu nelayan, biasanya perahu ini disewakan saat liburan saja.
Untuk yang suka berenang di pinggiran pantai sebaiknya jangan terlalu ke tengah karena di sana sudah ada jalur pembatas bahaya agar saat berenang tidak sampai jauh dari bibir pantai. Jadi usahakan taati peraturan berwisata dimanapun kita berkunjung.
Baca Juga :