PENJELASAN BMKG MENGENAI PERMUKAAN TANAH DIENG YANG MEMBEKU DI SAAT MUSIM KEMARAU

Kawasan Dieng tertutup salju seperti di Eropa, suhunya minus 5 derajat celcius
Kawasan Dieng tertutup salju seperti di Eropa, suhunya minus 5 derajat celcius / Twitter


Permukaan tanah di sekitar kompleks Candi Arjuna di Dataran Tinggi Dieng, Banjarnegara, Jawa Tengah membeku atau mengeluarkan embus upas.  Hal ini dikarenakan suhu udara yang turun hingga mencapai minus 1,2 derajat Celcius pagi ini, Rabu (7/7/2021). 

Kondisi ini dianggap menarik bagi masyarakat, karena Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) telah menyatakan, periode bulan Juni-Juli-Agustus sebagian besar wilayah Indonesia sedang mengalami musim kemarau. Lantas, apa yang menyebabkan permukaan tanah di Dieng membeku saat musim kemarau begini? 

Mengenai fenomena ini, Koordinator Bidang Prediksi dan Peringatan Dini Cuaca BMKG, Miming Saepudin pun angkat bicara. Dijelaskan Miming, fenomena permukaan tanah yang membeku atau terjadinya embun upas (embun es/ frost) di dataran tinggi Dieng tidak perlu dikhawatirkan. 

Diketahui bahwa berdasarkan pengamatan stasiun cuaca di Dieng, suhu permukaan tanah di sekitar kompleks tersebut memang berada di suhu terendah yaitu minus 1,2 derajat Celcius pada pukul 05.15 WIB. Kemudian, 45 menit selanjutnya yakni pada pukul 06.00 WIB, suhu di area tersebut berada di minus 1 derajat Celcius. 

Fenomena Embun Es di Dieng Terjadi Setiap Tahun, Apa Penyebabnya? - Semua  Halaman - National Geographic

Dengan begitu, suhu udara tersebut memang relatif lebih dingin atau turun dari suhu udara pada sore hari kemarin, (6/7/2021) yakni pada 10 derajat Celcius. Menurut Miming, kondisi suhu dingin hingga membuat permukaan tanah di Dieng membeku atau menghasilkan embun upas adalah hal yang sangat wajar, karena saat ini kondisi di Indonesia memang cenderung mengalami suhu dingin pada malam hingga pagi hari. 

Kejadian frost di Dieng diklasifikasikan sebagai frost radiative, yang disebabkan oleh proses pelepasan radiasi panas pada malam hari yang lebih intensif dari permukaan tanah. Hal ini menyebabkan cepatnya pendinginan permukaan. 

Tidak hanya itu, posisi semu Matahari di titik terjauh di belahan bumi utara (BBU) dan pengaruh aktivitas angin menuju puncak musim kemarau ini, turut andil sebagai pemicu suhu turun di dataran tinggi Dieng dan menyebabkan pembekuan permukaan tanah itu. 

Pada saat musim kemarau mencapai puncaknya, hampir setiap tahun wilayah di Indonesia bagian selatan merasakan suhu lebih dingin di malam hari, terutama saat langit cerah. Sehingga, kondisi cuaca di wilayah Indonesia, terutama bagian selatan ekuator akan mengalami tingkat pertumbuhan awan yang sedikit dengan kondisi cuaca cerah akan cukup mendominasi baik siang maupun malam hari.  

Kondisi tersebut secara umum menyebabkan variasi suhu udara permukaan menjadi tinggi, di mana pada siang hari kondisi suhu udara relatif lebih terik atau panas.  Sedangkan, kata Miming, pada malam-dini hari umumnya suhu akan lebih dingin.  

Salah satu fenomena yang biasanya terjadi setiap tahunnya terkait dengan kondisi yang ada saat ini, adalah adanya embun upas atau membekunya permukaan tanah di dataran tinggi Dieng. Secara geografis, Dieng memiliki ketinggian 2.093 mdpl.  Secara meteorologis, suhu udara akan turun secara gradual mengikuti ketinggian tempat dengan rata-rata laju penurunan suhu adiabatis (lapse rate adiabatic) sebesar 0,65 derajat Celcius tiap kenaikan 100 meter.  

Penurunan suhu secara gradual tersebut terus berlangsung hingga udara mencapai ketinggian tropopause (10-14 km).  Di sekitar Dieng, alat pengukur parameter cuaca yang dimiliki BMKG adalah Stasiun Pengamat Cuaca Otomatis (Automatic Weather Station/ AWS) Tambi Wonosobo pada ketinggian 1.370 mdpl dan AWS Pandanarum Banjarnegara pada ketinggian 635 mdpl.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Permukaan Tanah Dieng Membeku di Tengah Musim Kemarau, BMKG Jelaskan Alasannya".

Baca Juga :

LOKASI