RAMADHAN SEMAKIN DEKAT, 3 TRADISI DI JAWA TENGAH MENYABUT BULAN SUCI RAMADHAN

-
- / https://www.google.com/url?sa=i&url=https%3A%2F%2Fwww.rmoljawatengah.id%2Ftahun-ini-dugderan-dilakukan-secara-terbatas&psig=AOvVaw1bX_h4CqnTcOgDXD1h-K8A&ust=1680671246297000&source=images&cd=vfe&ved=0CBAQjRxqFwoTCOiE37a6j_4CFQAAAAAdAAAAABAY


Bulan suci ramadhan pastinya menjadi bulan yang selalu di tunggu oleh para umat islam tak terkecuali masyarakat jawa tengah yang melaksanakan ibadah puasa yang pastinya menjadi salah satu kekayaan budaya yang ada, berikut adalah 3 tradisi di jawa tengah ketika menyambut bulan suci ramadhan 

1.Dugderan

Dugderan merupakan tradisi masyarakat Semarang dalam menyambut bulan Puasa Ramadhan. Melansir portal Center of Excellence DPAD Jogja, tradisi ini mencerminkan perpaduan tiga etnis yang mendominasi wilayah Semarang, yakni Jawa, Tionghoa, dan Arab.Dugderan berasal dari kata ‘dug’ yang berarti bunyi bedug yang ditabuh dan kata ‘der’ yang berarti bunyi tembakan meriam. Tradisi ini diperkirakan mulai berlangsung sejak 1981 dan dilatarbelakangi oleh perbedaan pendapat mengenai penentuan awal Ramadhan. Untuk menyamakan persepsi masyarakat, maka di tabuhlah bedug di Masjid Agung Kauman dan meriam di halaman kabupaten dan dibunyikan masing-masing tiga kali kemudian dilanjutkan dengan pengumuman awal puasa di masjid. Saat ini, perayaan dugderan semakin meriah dengan makin banyaknya pedagang yang menjual beraneka ragam makanan, minuman, hingga mainan. Selain itu, dalam upacara dugderan juga terdapat ikon berupa “warak ngendhog” berwujud hewan berkaki empat (kambing) dengan kepala mirip naga yang memperlihatkan perpaduan budaya antar etnis.

2.Dhandhangan

Masyarakat di Kabupaten Kudus, Jawa Tengah merayakan festival dhandhangan untuk menandai dimulainya ibadah puasa bulan Ramadan. Dilansir dari laman warisanbudaya.kemdikbud.go.id, puncak acara dalam festival ini dilakukan dengan memukul bedug Masjid Menara Kudus. Kata dhandhangan diambil dari resonansi bedung yang menimbulkan bunyi ‘dang’. Awalnya, dhandhangan merupakan tradisi berkumpulnya para santri di depan Masjid Menara Kudus setiap menjelang Ramadan untuk menunggu pengumuman dari Sunan Kudus tentang penentuan awal puasa. Setelahnya, masyarakat dari luar Kudus juga antusias menunggu pengumuman di depan masjid.Lamanya waktu menunggu dimanfaatkan oleh para pedagang untuk berjualan makanan tradisional siap saji. Memasuki 1980-an, jumlah pedagang mengalami peningkatan dan mulai menjajakan pakaian.

3. Padusan

Melansir laman Portal Informasi Indonesia, padusan merupakan tradisi yang biasa dilakukan oleh masyarakat Jawa Tengah dan Yogyakarta.  Mulanya, tradisi ini dilakukan dengan  cara berendam atau mandi di sumur-sumur atau sumber mata air seorang diri di tempat yang sepi. Tujuannya yaitu untuk menyucikan diri sebelum Ramadan datang. Akan tetapi, saat ini padusan telah mengalami pergeseran nilai. Kini, tradisi tersebut dilaksanakan dengan mandi, keramas atau berendam beramai-ramai di satu mata air sehari sebelum menjalani ibadah puasa Ramadan. Pergeseran nilai yang terjadi kemudian menyebabkan lahirnya beberapa tempat yang menjadi obyek wisata padusan, seperti Umbul Manten di Klaten dan Umbul Pajangan di Sleman.

 

Baca Juga :

LOKASI