SEJARAH NASI PENGGEL DARI BEKAL PEJUANG KEMERDEKAAN HINGGA JADI MENU SARAPAN NIKMAT

Nasi penggel khas Kebumen
Nasi penggel khas Kebumen / bob.kemenparekraf.go.id


Salah satu makanan khas Kebumen, yaitu Nasi Penggel, tidak hanya menyajikan cita rasa yang menggugah selera, tetapi juga menjadi bagian integral dari identitas budaya Kebumen.

Nasi Penggel telah menyimpan kisah heroik para pejuang yang melawan penjajah Belanda. 

Jadi Perbekalan Selama Berperang

Pada masa perang kemerdekaan, nasi penggel menjadi salah satu makanan pokok para pejuang di medan perang. 

Pada tahun 1948, Kali Kemit yang berada di Kebumen menjadi garis pemisah antara wilayah yang dikuasai Belanda dan Indonesia.

Terjadi pertempuran sengit di Kali Kemit, ketika Indonesia berusaha merebut wilayah yang masih dikuasai Belanda. Dalam pertempuran tersebut banyak pejuang yang gugur.

Simbol Persatuan Masyarakat Kebumen

Dengan porsi yang praktis dan mudah dibawa, nasi penggel menjadi sumber energi bagi para pejuang sekaligus simbol persatuan dan kebersamaan masyarakat Kebumen.

Masyarakat Kebumen bersama-sama mensuplai kebutuhan pangan para pejuang yang sedang bertempur.

Untuk memudahkan proses distribusi, nasi dibentuk bulat-bulat, atau dikepeli (Jawa). Dari situlah nasi penggel hadir di tengah masyarakat hingga kini. 

Jadi Menu Sarapan Favorit

Sekarang, masyarakat Kebumen biasa menyantap nasi penggel sebagai menu sarapan. Nasi penggel yang dibentuk bulat-bulat seukuran bola pingpong disajikan dengan tambahan sayur gori (nangka muda) dan kikil yang dimasak dengan bumbu kuning.

Nasi penggel juga bisa disantap dengan lauk pendampingnya berupa tahu dan tempe mendoan. Harganya pun cukup murah, yaitu sekitar belasan ribu rupiah per satu porsinya. 

Penjual nasi penggel biasanya berkumpul di pinggir Jalan Raya Sokka setelah Jembatan Luk Ulo, sekitar 2 km dari Alun-Alun Kota Kebumen.

Warung nasi penggel biasanya buka pukul 05.30 WIB dan tutup pada pukul 08.00 WIB.

Baca Juga :

LOKASI