ilustrasi sambal tumpang pecing bu wardi / google maps
Sragen, Jawa Tengah – Siapa sangka, di tengah sunyinya malam, sebuah warung sederhana di Sragen justru menjadi pusat keramaian bagi para pencari kuliner nikmat. Warung Tumpang Bu Wardi, dengan jam bukanya yang dimulai dari pukul 00.00 WIB hingga 03.00 WIB, elah menjadi ikon kuliner malam di kota ini.
Meski Warung Tumpang Bu Wardi hanya buka selama 3 jam saja, tetapi tempat makan ini dapat menjual 250 porsi sambal tumpang.
Pemlik warung sambal tumpang Bu Wardi di peking, istri dari Suwardi, mengaku sudah 32 tahun berjualan sambal tumpang. Usaha ini di rintis pada tahun 1989.
Sebelum berjualan di rumah Rochati awalnya menjajakan dagangnya berkeliling pasar Bunder. Pasar Bunder merupakan pasar induk yang dienal tidak pernah tidur. Aktivitas jula beli tetap berlangsung selama 24 jam. Saat ibu Rochati masih muda, ia membungkus satu per satu nasi sambal tumpang lalu menjualnya keliling Pasar Bunder.
Sambal tumpang dibuat dari tempe yang sudah “semangit” atau hampir busuk kemudian diolah menjadi sambal tumpang. Biasanya tempe yang digunakan tempe yang sudah berusia 5 hari dianggap pas untuk menyajikan sambal tumpang yang nikmat.
Rochati biasa menghabiskan 20 kg beras setiap malam untuk menu sambal tumpang. Dari 20 kg beras biasanya terjual sekitar 250 porsi nasi tumpang.
Kebanyakan nasi sambal tumpang ini habis sebelum pukul 03.00 WIB. Bila masih tersisa biasnaya ibu Rochati akan membuka warungnya lagi pada pagi hari pukul 06.00 WIB.
Dikutip dari suarasurakarta.id Ibu Rochati mengatakan “rata-rata ada sekitar 30-40 driver ojek online setiap malam yang datang. Kalau malam Minggu atau menjelang hari libur, jumlah driver ojek online bisa mencapai 50 pesanan. Kadang karena semua ingin cepat dilayani, mereka sampai membantu menggoreng tempe atau telur di dapur. Alhamdulillah, saya merasa banyak terbantu dengan ojek online karena mereka telah memasarkan dagangan saya,” papar Rochati.
Baca Juga :
LOKASI
https://maps.app.goo.gl/zwM3ENyaQfVN19aGA
