SESAJI REWANDA GOA KREO : MEWARISI TRADISI BERBAGI SESAMA

Sesaji Rewanda di Goa Kreo
Sesaji Rewanda di Goa Kreo / Jateng Travel Guide


Disaat sang surya masih malu menampakan sinamya, warga RW 03 Talunkacang, Kelurahan Kandi, Kecamatan Gunungpati, Kota Semarang, sudah sibuk menyiapkan bungkusan nasi. Nasi berisi lauk tahu, tempe dan ikan asin yang dibungkus ratusan daun jati ataupun daun pisang itu, dipersiapkan untuk Sesaji Rewanda, sebuah prosesi yang akan dilaksanakan di puncak bulit yang ada di Objek Wisata Goa Kreo.

Tak hanya bungkusan nasi, bahkan sedari pagi, warga juga menyiapkan gunungan hasil bumi untuk dibawa untuk Sesaji RewandaDalam pelaksanaannya, warga berkumpul di masjid yang ada di Talunkacang, kemudian membawa sajian bungkusan nasi dan hasil bumi dengan cara jalan kaki menuju bukit yang ada di Goa Kreo.

Doa-doa pun dilantunkan saat mengarak olahan masakah yang nantinya dibagikan ke warga dan monyet ekor panjang yang mendiami kawasan Goa Kreo. Sekitar pukul 07.00 WIB, warga Taluacang memulai prosesi Sesaji Rewanda yang dipimpin para sesepuh. Perjalanan yang h mereka tempuh hampir mencapai 2,5 kilometer, ke tempat yang biasanya digunakan untuk prosesi acara adat tersebut.

Sesampainya di atas bukit, kawanan monyet ekor panjang sudah menunggu sesaji yang dibawa oleh warga. Meski demikian, warga Talun Kacang tak langsung membagikan sesaji tersebut, melainkan menata sesaji mengelilingi batu tetenger. Batu tetenger itu dipercaya masyarakat sebagai tempat Sunan Kalijaga semedi atau bertapa, kemudian bertemu empat monyet berwarna hitam, putih, merah dan kuning.

Usai ditata warga Talunkacang kembali melantunkan doa - doa diiringi dendangan tembang dolanan Jawa yaitu Lir - ilir. Tak begitu lama, monyet ekor panjang pun semakin bertambah banyak dan menunggu sesaji dibagikan.

Usai prosesi selesai, warha yang mengikuti Sesaji Rewanda mulai mengambil nasi bungkus maupun hasil bumi. Sembari menikmati nasi bungkus yang sering disebut masyarakat sekira "Nasi Ketek" atau nasi monyet. Beberapa warga juga memberikan bungkusan nasi tersebut ke kawanan monyet ekor panjang.

Prosesi Sesaji Rewanda sendiri digelar seusai Hari Raya Idulfitri, momen saat kunjungan wisata Lebaran memuncak. Dijelaskan Danu Kasno, satu di antara sesepuh Talunkacang, prosesi tersebut menjadi upaya warga sekitar untuk menjaga tradisi leluhur

"Sesaji Rewanda sudah dilakukan sejak lama, sebagai warga Talunkacang kami meneruskannya agar tidak hilang, istilahnya nguri-nguri budaya," jelasnya.

Dilanjutkannya, awalnya tradisi itu lebih dikenal Nyadran Guo. Namun di kemudian hari sebutan acara tersebut diubah menjadi Sesaji Rewanda. Sesaji Rewanda selalu dilaksanakan pagi hari, dengan membawa sesaji berupa nasi bungkus, serta gunungan hasil bumi.

Danu menuturkan, tempat Sesaji Rewanda dipusatkan di pun cak bukit atau di batu tetenger, yang dipercaya sebagai tempat bertapa Sunan Kalijogo.

"Di sana sesaji akan dibagikan, baik ke warga yang hadir mau- pun ke kawanan monyet ekor panjang," tuturnya. Terpisah Asmuni, satu di antara warga Talunkacang menjelaskan, dibagikannya nasi ketek dan gunungan hasil bumi, sebagai bentuk rasa syukur atas berkah yang diberikan sang pencipta.

Nasi ketek sendiri merupakan nasi yang dibungkus daun jati berisi nasi, tahu, tempe dan ikan asin. Sementara gunungan hasil bumi yang dibagi merupakan hasil pertanian warga sekitar. Dalam pelaksanaan Sesaji Rewanda, setiap rumah yang ada di Talun Kacang membawa tiga bungkus nasi ketek.

"Untuk hasil bumi merupakan hasil bumi yang ada di Talun Kacang, jadi secara swadaya masyarakat membawanya," tam bahnya. (Budi Susanto)
 

Baca Juga :

LOKASI