TRADISI TITIRAN DI KOTA SEMARANG SISA PERTEMPURAN LIMA HARI SEMARANG

Tradisi Titiran Di Kampung Batik Semarang.
Tradisi Titiran Di Kampung Batik Semarang. / (dok)


Pertempuran Lima Hari adalah serangkaian pertempuran antara rakyat Indonesia melawan tentara Jepang di Semarang pada masa transisi kekuasaan ke Belanda yang terjadi pada tanggal 15–19 Oktober 1945

Selain menyebabkan tewasnya dr. Kariadi, pertempuran ini juga hancurnya Kampung Batik karena dibakar oleh tentara Jepang. Untung memperingati peristiwa tersebut, warga Kampung Jadoel Kampung Batik mengadakan Tradisi Titiran hari Minggu (17/10/21).

Tradisi Titiran untuk memperingati 76 tahun pembakaran Kampung Batik pada pertempuran Lima Hari di Semarang diawali dengan kirab dan teatrikal warga kampung Jadoel Kampung Batik. Warga melakukan teatrikal peristiwa pembakaran Kampung Djadhoel oleh pasukan Kido Butai yang menguasai Kota Semarang. Sejak pukul 15.00 WIB, lapangan Kampung Djadhoel dipenuhi warga dan anak-anak yang mengenakan baju adat Jawa.

Atraksi teatrikal dimulai, sebuah replika bangunan rumah Kampung Batik yang diserbu lalu dibakar oleh tentara Jepang. Para warga lalu bergotong royong memadamkan api yang bersumber dari sumur kampung. Mereka berkeliling sambil membawa obor, kembang manggar, kendi berisi air, kentongan atau jidor, serta sebuah pintu yang di tengahnya terdapat lubang tembakan dari tentara Jepang.

Pemukulan kentongan yang berulang-ulang ini dikenal dengan sebutan titir. Tanda bahwa ada marabahaya sehingga warga perlu berkumpul dan menyelamatkan diri. Kentongan titir ini yang terjadi pada masa lalu saat api menghanguskan Kampung Batik. Ketika kentongan yang dibawa salah satu warga ditabuh, api berkobar membakar replika Kampung Djadhoel itu. Warga berhamburan, mencari air untuk memadamkan api. Untungnya, ada air sumur sehingga api bisa dipadamkan.

Video Tradisi Titiran Memperingati Pertempuran 5 Hari di Kota Semarang -  Tribunjateng.com

Salah satu warga Kampung batik mengatakan jika peristiwa pembakaran tersebut terjadi pada hari keempat saat pertempunran lima hari di Semarang. Dalam sejarahnya, Kampung Batik Semarang saat itu jadi bagian dalam siasat pertempuran lima hari Semarang. Jepang yang mengawasi kegiatan di Kampung Batik dari Gereja Gedangan, lalu menyerbu dan membakar rumah-rumah di Kampung Batik.

Jepang menembaki rumah warga hingga tembus pintu-pintu lalu membakar sekitar 200an rumah. Dua saksi bisu sejarah 76 tahun yang lalu itu masih ada, yakni pintu yang tertembus peluru dan sumur yang masih ada dan dimanfaatkan hingga sekarang.

Rencananya, Tradisi Titiran akan jadi agenda tahunan sebagai potensi wisata kegiatan seni yang dibuat.


 

Baca Juga :

LOKASI