PPKM DIPERPANJANG, PENGGERAK WISATA DI JAWA TENGAH KIBARKAN BENDERA PUTIH

Candi Borobudur
Candi Borobudur / Kemenpar.


Industri pariwisata merupakan satu sektor yang paling merasakan dampak pandemi Covid-19. Diterapkannya pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) yang kini sampai pada perpanjangan level 4 tersebut membuat usaha terkait merasakan imbasnya, termasuk bagi usaha biro perjalanan wisata.

Diakui Ketua DPD Association of The Indonesian Tours and Travel Agencies (Asita) Jawa Tengah Joko Suratno, ratusan perusahaan biro perjalanan wisata di Jawa Tengah merasakan dampak sama. Menurutnya, usaha biro perjalanan kini mengalami kelumpuhan total sebab ditutupnya tempat-tempat wisata membuat usaha di bidang ini tidak berkutik.

"PPKM (level 4) ini jelas menutup rapat kembali usaha kami, setelah buka-tutup sejak Maret 2020 lalu. Sekarang sama sekali zero, tidak ada kegiatan bisnis terkait biro perjalanan wisata. Berita yang cukup parah dan derita karena kami saat ini berdiam tidak bisa apa-apa, sampai teman-teman di daerah se-Jateng melakukan pengibaran bendera putih karena ekonomi kami berhenti total," keluh Joko saat dihubungi tribunjateng.com, Rabu (28/7/2021).

Joko memaparkan, di Jawa Tengah sendiri terdapat sekitar 600 biro perjalanan wisata dan agen perjalanan wisata baik yang berizin maupun tidak. Sedangkan yang berizin dan tergabung di Asita, kata dia, ada sekitar 150 perusahaan yang tersebar di kabupaten maupun kota. Menurutnya, seluruhnya mengalami kelumpuhan total dan menutup operasional sebab tidak adanya aktivitas bisnis. Disebutkan, ada pula yang sudah gulung tikar sebab tak sanggup lagi menghadapi kerugian dan hilangnya potensi pendapatan.

"Dari 600 usaha biro perjalanan baik itu agen perjalanan maupun biro perjalanan banyak yang gulung tikar. Sekarang 100 persen tutup operasional karena tidak ada kegiatan dan yang sudah kolaps, banyak. Mungkin yang tutup itu masih memungkinkan buka lagi ke depan. Akan tetapi, yang menutup secara resmi ada sekitar 25 persen karena terkait pajak dan lain-lain," papanya.

Joko mengungkapkan, dirinya mewakili ratusan pengusaha biro perjalanan pariwisata di Jawa Tengah mengaku sudah angkat tangan merasakan imbas dari diterapkannya kebijakan PPKM ini. Menurutnya, para pengusaha sebelumnya sudah mencoba bertahan dengan melakukan efisiensi dan inovasi untuk menekan kerugian seperti melakukan penawaran promo paket domestik, menerapkan prokes ketat, dan lain-lain.

Namun menurutnya, cara yang dilakukan belum berhasil sebab hambatan terbesar ada pada penyekatan jalan.

"Saat PPKM ini benar-benar tidak ada upaya. Kami sempat mempromosikan paket domestik dengan prokes sesuai CHSE kementerian, pelan-pelan ke Borobudur, Dieng, dan lain-lain. Kami sudah ada upaya bergerak, tapi sangat kecil. Dengan adanya penutupan otomatis tidak mungkin lagi jalan," ungkapnya.

Dengan kondisi tersebut, pihaknya meminta pemerintah untuk tidak "gebyah uyah" atau menyamaratakan kebijakan PPKM ini. Ia meminta agar pemerintah segera melakukan pelonggaran terhadap daerah-daerah yang tingkat kasus Covid-19-nya menurun agar usaha terkait pun perlahan bangkit.

"Meski ada PPKM jilid sekian, diusahakan jangan memberlakukan secara 'gebyah uyah'. Usahakan agar ekonomi teman-teman yang menggantungkan di usaha ini bisa hidup dan ekonomi bisa jalan. Kita sudah menderitanya cukup panjang, artinya kalau ada PPKM lagi tanpa menghiraukan pelaku usaha perjalanan, ini sangat kasihan. Ya kalau ada bantuan, ini gak ada bantuan sama sekali.Harapan kami hanya satu, longgarkan. Berikan kebijakan yang bijaksana, kami akan mematuhi prokes sesuai aturan perjalanan dan bagi mereka yang melanggar langsung kami sanksi kalau perlu cabut izinnya demi kesehatan dan keselamatan. Yang jelas jangan ditutup, kasihan," imbuhnya.



Artikel ini telah tayang di TribunJateng.com dengan judul Usaha Biro Perjalanan Wisata Jateng Kibarkan Bendera Putih: Pemerintah Jangan Gebyah Uyah!

 

 

Baca Juga :

LOKASI